(5)
Jawa Timur dan bawang merahnya. Daerah mana yang lantas kemudian terbesit sebagai daerah penghasilnya? Kebanyakan masyarakat pasti lantas menerka Nganjuk. Jika memang benar begitu, maka mulai saat ini, masyarakat harus mulai mengenal satu daerah lagi yang begitu potensional sebagai daerah penghasil bawang merah.
Jawa Timur dan bawang merahnya. Daerah mana yang lantas kemudian terbesit sebagai daerah penghasilnya? Kebanyakan masyarakat pasti lantas menerka Nganjuk. Jika memang benar begitu, maka mulai saat ini, masyarakat harus mulai mengenal satu daerah lagi yang begitu potensional sebagai daerah penghasil bawang merah.
Desa Duwel yang terletak di Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur adalah salah satu desa penghasil bawang merah paling produktif diantara desa lain yang terletak disekitarnya. Selama ini kawasan Kedungadem memang dikenal sebagai daerah penghasil bawang merah dengan luas lahan untuk penanaman bawang merah yang mencapai 1000 Ha.
Menurut penuturan Bapak Moh. Hasim selaku Kepala Desa Duwel, jenis bawang merah yang banyak ditanam di daerahnya adalah bawang merah jenis bauji dimana bibitnya memang berasal dari daerah Nganjuk. Selama ini petani bawang merah di daerah tersebut memang terkendala pada penyediaan bibit yang didukung pula dengan pasokan air yang dirasa kurang akibat fungsi embung (danau tadah air) yang ada juga kurang begitu potensial.
Musim tanam yang
berlangsung selama 60 hari atau sekitar 2 bulan hanya mampu dimanfaatkan untuk
2 kali panen setiap tahunnya. Padahal jika dihitung dalam skala normal, dalam
satu tahun harusnya wilayah tersebut mampu melakukan masa panen sebanyak 6
kali. Pada musim panen, biasanya kawasan ini mampu memanen bawang merah hingga
88ton/hari. Untuk daerah pemasaran, selama ini wilayah Nganjuk, Jombang,
Mojokerto, Malang, Pati, Lamongan dan Bojonegoro kota sudah menjadi relasi
tetap.
Bapak Moh. Hasim
mengaku jika selama ini modal yang dibutuhkan untuk satu kali musim tanam hanya
berkisar sekitar 3,5 juta dengan hasil maksimal mencapai 15 juta pada musim
panen. Dengan demikian, masyarakat Kedungadem khususnya Desa Duwel yang
notabene merupakan petani bawang merah, sudah dapat dikatakan sejahtera.
Namun, Bapak Moh. Hasim turut berharap
agar supaya kejadian 2010 dimana petani bawang merah merugi hingga puluhan juga
akibat terjadi impor bawang merah besar-besaran, tidak perlu terjadi.
Untuk meningkatkan
potensi yang ada, selain dengan mulai menyiapkan bibit bawang merah secara
mandiri, masyarakat Desa Duwel diharapkan juga mampu mengolah bawang merah
dengan variasi lain. Misalnya bisa dengan memproduksi bawang merah goreng dalam
bentuk kemasan, rempeyek bawang merah atau jenis makanan olahan yang lain.
Dilain sisi,
pemerintah juga perlu untuk mulai mengembangkan daerah Kedungadem sebagai
daerah wisata budidaya bawang merah dimana nantinya masyarakat yang berkunjung
tidak hanya disajikan dengan pemandangan hamparan lahan bawang merah, melainkan
mampu belajar secara langsung untuk bercocok tanam atau bahkan dapat pula
mengadakan penelitian yang terkait.
Perekonomian Bojonegoro, harus melesat dari segala sisi termasuk dari hasil panen bawang merah asli Kedungademnya!!