Minggu, 06 Desember 2015

LUCKY ME!!! :)


Hampir 2016, semuanya serasa begitu cepat. Kita bersama sejak 6 Mei 2009, 6 bulan kemudian kau memutuskan melanjutkan hidup di Jambi dan aku bertahan di Madiun, menuntaskan SMA ku. Juni 2010, aku hijrah ke Bojonegoro dan kau kembali berpeluk Madiun, Desember di tahun yang sama. Kita masih bersama, dengan jarak yang tidak lagi seberapa tapi tetap saja menyita banyak waktu temu kita. Kadang kita bertemu 3 bulan sekali atau bahkan hanya pada moment hari nan fitri. Hidup terus bergejolak, kita mencari jati diri, menemu banyak tragedi dan akhirnya memutuskan untuk berhenti. Oktober 2014, aku menuntaskan jenjang S1 ku dan setelahnya rejeki seperti di hujankan pada kita bertubi-tubi, meski untuk menebusnya, kau mesti berpuasa hingga 2017 nanti. Motor baru, rumah baru, tantangan melamar dari keluargaku yang kau sanggupi di 11 Januari kala tahun berganti, pernikahan ajaib 18 Maret yang menguras hati dan kabar hamil di April, menyumpal menggenapi rejeki. Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan. Panik, bahagia, bingung atau entah bagaimana. Yang aku tahu, 2017 memang masih terasa lama, untuk hitungan hutang yang mesti kau tebus lewat cicilan. Aku bersyukur, setidaknya kau bukan penganggur, ada pekerjaan tetap yang kau selingi dengan sampingan. Sebuah alasan, yang selalu kau ajukan untuk membuatku tetap tenang ketika aku bersikeras ingin turut menambah dana perekonomian. Kita memang berkecukupan. Allah mencukupkanku lewat usahamu. Kau menempatkanku selaksa ratu dan selalu begitu.

Aku tidak membayangkan bagaimana rasanya serumah dengan mertua, hidup penuh sungkan dan bermanja mungkin harus bersembunyi di sebatas kamar tidur saja. Kau membuatku tidak perlu merasakannya. Aku tidak membayangkan bagaimana rasanya bersuami egois dan suka mencela, kau terima aku walau aku tak berpostur tinggi lagi putih cantik jelita. Sungguh kau tidak pernah mempermasalahkannya. Kau membuatku tidak perlu merasakannya, kau mencukupkan keperluanku semampu yang kau bisa. Aku tahu kau selalu berusaha.

Pada titik di mana kau tidur lelap, aku suka memperhatikan wajah lelahmu yang terasa sangat. Aku masih sukar percaya, untuk perkara bahwa kini kau suamiku adanya. Sosok yang bisa kupeluk erat kapanpun ketika aku mau, sosok yang selalu memberiku kecup hangat setiap waktu, sesukamu. Kita menjalani hidup dalam ikat yang sah. Seiring bersama kandungan yang kian terus tumbuh, dan ini bulan ke sembilan untuk hitungan pernikahan sekaligus janin dalam kandungan. Namun tepat 6 tahun, 7 bulan untuk usia kebersamaan. Aku masih tidak percaya pada kemampuanku pergi ke pasar, menyiapkan sarapan dan mencoba resep beraneka ragam. Aku masih takjub setiap kali kau pergi pamit bekerja atau ketika kita berjama'ah pun saat kau manja minta disuap makan di tempat tidur saat sahur tiba. Kau penuh kejutan. Masakanmu kadang tak bisa di remehkan. Aku begitu menikmati setiap proses, seperti saat kau menyisir rambut basahku yang mengering, atau ketika kau begitu ribet dengan susu hamil, minyak ikan dan segala nutrisi untuk jabang bayimu yang semoga sehat.

Aku bersyukur untuk lelakiku ini ya Rabb..

Lelaki menyebalkan yang kadang tak bergegas tidur hanya untuk urusan PS padahal esok pagi ia mesti pergi mengais rejeki. Lelaki pobia karet rambut. Lelaki penyuka jengkol dan pete. Lelaki anti makan tahu. Lelaki yang tak segan membantu menjemur pakaian pun sekedar menggoreng lauk untuk makan. Lelaki yang selalu mengiyakan ajakan liburan dengan syarat mesti bangun sebelum subuh tiba agar tidak terjebak macet dan panas jaya. Lelaki yang selalu bersedia mengantar beli pentol favorit jauh-jauh ke kota dan langsung kembali ke rumah setelahnya. Lelaki yang selalu menyematkan Al-Fatihah di setiap usai sholatnya untuk anak tercinta. Lelaki yang selalu berusaha mengaji di sela jadwal ngopi. Lelaki yang kau amanahkan sebagai suamiku dan semoga kesaksianku ini ya Rabb, mampu meringankan langkahnya kelak menuju surga.

Jaga kami, bimbing kami, keluarga kami, anak cucu kami, saudara-saudara kami, agar tetap dalam kecintaanMu, ridhoMu dan kasih sayangMu. Sehatkan kami, mampukan kami, cukupkan kami dan selamatkan kami. Semoga usia kami senantiasa bermanfaat. Semoga syukur kami senantiasa berintegral dan semoga rumah tangga kami kelak Kau hadiahi Jannah. Kami belum mampu menjadi hambamu yang baik, tetapi semoga Kau mampukan kami untuk menjadi lebih baik. Aamiin, aamiin, YRA. Terimakasih ya Rabb, terimakasih mas ayah ARIF MUHYIDIN. Barakallah. Alhamdulillahirabbilalamin.

Catatan:
Suatu ketika, adek pasti nyempetin bikin donat buat mas ayah. Tunggu tanggal mainnya, jangan rewel terus ya!!! :D :*