Sabtu, 25 Januari 2014

KE SURABAYA, APA YANG KAU CARI?





Berkencan. Adalah hal yang paling menyenangkan yang akan selalu kita lakukan dengan senang hati ketika jatuh cinta. Tanpa dipaksa dan tanpa terpaksa. Aneh memang bila perjalanan kali ini harus saya ibaratkan seperti kencan jama’ah yang asyik dan menyenangkan. Sekali lagi, ya tanpa dipaksa, tanpa terpaksa dan bahkan saling sepakat, se-iya, se-kata, se-tujuan, SURABAYA!

Adalah hari Selasa yang menjadi hari beruntung kala itu. Rona merah pada kalender bertuliskan nomor 14 seakan turut meronakan pipi hingga tampak lebih sumringah. Mari saya kenalkan pasukan kencan jama’ah yang beruntung masuk dalam daftar manusia unforgettable pada moment itu!. Jadi pasukan kali ini berada dalam naungan bapak kita Mas Nanang yang dengan segenap jiwa raga, cinta dan kasihnya telah bersedia dengan suka rela mengamini terlaksanya agenda kencan jama’ah ini. Mohamad Tohir, Olivia, Vera, Bambang, Faisol, Tulus, Apip, Ashree, Wulan, Faiz, Rifa’i, Danial dan Shinta Ar adalah anak dari buah kasihnya bersama Sindikat Baca yang kemudian bernama Atas Angin.

Arah adalah apa yang telah kami yakini sebagai penuntun menuju tempat sampai. Tempat dimana muara ilmu membuat jauhnya setapak kian rekat dan mendekat. Sedangkan janji adalah sisi lain dari harapan akan hidup yang terkadang jenuh dalam penantian tak berarti. Pagi yang sumringah. Beberapa berlomba untuk melaju lebih awal, sebagian lagi masih bermanja dalam tugas di medan perang. Ah, sok sibuk!. Tapi biarlah, asal mereka saling berjanji akan tiba disana, di Surabaya tempat dimana seorang turut berjanji untuk menanti. Seorang selaksa dewa sakral yang kadang disadari atau tidak, ketiadaannya tetap ada walau jauh. Karena kami ”KELUARGA”.

Ke Surabaya, apa yang kau cari?
Bukan kekasih, bukan sanak pinak, bukan pula hewan ternak. Yang kami cari adalah lembaran harta karun di tempat paling umum namun selaksa makam nabi bagi pengunjungnya. Begitu penting!
Disanalah kami kala itu, di Kampoeng Ilmu. Saya akan catat nama jalannya agar saya pun kalian nanti akan mampu kesana sekali lagi atau berkali-kali lagi untuk bisa menyimpan janji kencan berikutnya di tempat paling romantis bagi mereka yang berjiwa puitis. 

Jalan Semarang 37. Jalan ini terletak tidak jauh dari stasiun Pasar Turi. Adalah jalan yang menyimpan seonggok bangunan stan buku dan taman bacaan. Tempat dengan luas lahan 2.500 m2 yang juga dilengkapi balai sederhana untuk berdiskusi, pemutaran film, pelatihan ketrampilan, dan lomba baca, tulis juga gambar ini  namanya ‘Kampoeng Ilmu’.

Jadi apa yang kami lakukan disana?
Jawabannya *Ya mencari kekasih baru, kekasih mata yang kesannya melekat dijiwa. Apalagi kalau bukan buku, buku dan buku? Ah.. sungguh tidak ada yang bisa lebih menggiurkan dan menggetarkan jiwa-jiwa sastrais seperti kami selain dongeng-dongeng manis karya penulis yang kadang menggemaskan, kadang memilukan atau bahkan kadang membuat kami merasa lebih dungu dari sebelumnya. Bahwa hidup ini luas dan kami belum pantas untuk lekas berpuas. Selagi buku itu bertumpuk dan kami belum menjamah, berarti masih ada yang terlewat, yang kami lewati, yang belum kami ketahui, tentang hal. 

Hidup adalah soal perbandingan. Membandingkan sebelum memilih yang tepat dan terbaik adalah hal yang lumrah. Selera adalah pilihan lain. Cita rasa dan rasa puas adalah hal yang tidak bisa di ganggu gugat. Maka pergilah kami ke tempat berikutnya. 

Petra Togamas, beroperasi di Jalan Pucang Anom Timur No. 5, Surabaya. Adalah tempat kami bernyawa selanjutnya. Bernyawa? Memangnya apa yang sudah kami lakukan? Oh ya ampun.. jangan lupa ya, kami sedang berkencan. Bertemu dengan kekasih, berolahraga memompa darah, menyehatkan jantung agar selaku bernyawa. Bernyawa di sesi Kencan Jama’ah! 

Jadi,
KE SURABAYA, APA YANG KAU CARI?
Ya Cari Buku!!!

Kamis, 16 Januari 2014

Pemberian Tahu - Chairil Anwar


Bukan maksudku mau berbagi nasib,

Nasib adalah kesunyian masing-masing.

Ku pilih kau dari yang banyak, tapi

Sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring.

Aku pernah ingin benar padamu,

Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali,

Kita berpeluk ciuman tidak jemu,

Rasa tak sanggup kau ku lepaskan.

Jangan satukan hidupmu dengan hidupku,

Aku memang tidak bisa lama bersama

Ini juga kutulis di kapan, di laut tak bernama!