Sabtu, 31 Oktober 2015

REVIEW: MENIKAH TITIK DUA


Judul Buku     : Menikah Titik Dua
Penulis           : Agustina K. Dewi Iskandar
Editor             : Fanti Gemala
Penata isi       : Novita Putri
Desainer kover & ilustrasi : Rio Siswono
Penerbit         : PT Grasindo, anggota Ikapi, Jakarta 2014
ISBN               : 978-602-251-702-3
GWI 703. 14.1.084

Sakinah, mawadah, warrohmah--katanya itu impian keluarga bahagia. Tapi bagaimana kalau ternyata masih ada juga perempuan yang tidak cukup bahagia dengan segala ketenangan, cinta, dan keseimbangan? Lalu, ia berusaha mencari-cari kisah bahagia yang direkanya bersama orang lain, meskipun kemudian tiba-tiba saja ada kejernihan perasaan yang mendera, membuatnya kembali menyadari bahwa pernikahan adalah sebuah ikatan suci yang tidak boleh dinodai dengan perselingkuhan.

Realita kejujuran bukan berarti selalu berbalas dengan kejujuran berporsi sama. Laki-laki pun masih tetap punya rahasia yang belum tentu terbagi dengan perempuan yang dinikahinya. Sementara mau tidak mau, perempuan adalah siput raksasa yang harus berbesar hati menyangga rumahnya meskipun ada satu bagian kecil hati yang mungkin akan terluka. Ini menjadi kisah sepasang suami istri yang melakukan perjalanan untuk menemukan titik bagi setiap pencarian yang terjadi setelah mereka menikah. Bagaimana kalau tetap saja ada titik dua dalam sebuah pernikahan? (Menikah Titik Dua - AKDI)

Menikah Titik Dua.
Sebuah novel dengan kisaran tebal 190 halaman ini telah mengubah persepsi saya tentang sajian novel pada umumnya. Novel ini seperti sebuah puzzle acak yang di desain perca demi perca secara ringkas namun tetap runtut tanpa perlu memakan banyak ruang penjelasan. Percakapan, baik dalam gambaran maya pun nyata banyak terjadi dalam karya yang menjadikan novel ini padat. Bahasa-bahasa liris khas Kansha yang tertuang dalam sensasi di beberapa bagian artikel blog pribadi tokoh tersebut, seakan membuat aroma sastra begitu kuat menyengat. Berbaur dengan konflik rumah tangga, taburan masa lalu dan kenyataan yang berseling, novel ini mengajak para pembaca khususnya yang tengah berumah tangga untuk lantas berpikir: "Sudahkah kita ikhlas menjalani biduk rumah tangga dan benar-benar menikmati setiap prosesnya dengan penuh rasa lapang, syukur atau bahkan tabah?"

Kansha, seorang istri sekaligus ibu satu anak yang secara tidak sengaja kembali bertemu dengan sosok "fans" masa lalunya melalui media blog yang rutin dikuntit oleh seorang Wibiandra. Sesosok pria yang tidak memiliki banyak keberuntungan untuk dapat menyanding Kansha secara sah meski mereka saling sepaham dan nyaman satu sama lain. Keadaan rumah tangga Kansha yang menurut versinya tidak lagi memberi rasa nyaman membuat Kansha mencoba sensasi lain dengan lebih sibuk mencari celah untuk dapat berselancar di dunia maya, curhat dan berbagi apapun kepada Wibi, orang yang dianggapnya sebagai sang pemberi warna baru di dunianya yang mulai kusam. Wibi dengan status single dan sebongkah cintanya yang terjaga, menyambut hangat secercah harapan yang hadir dari situasi yang tengah dihadapi Kansha.

Sedangkan Loki, suami Kansha, nyatanya adalah seorang gay yang tidak cukup lapang dada menerima kenyataan bahwa istrinya tengah berubah. Ia menuntut Kansha untuk mengerti dan berhenti, namun setelah Kansha berhasil pulang kembali dalam genggaman, justru kemudian ia kian tersesat dan memilih pergi. Menyudahi pernikahan mereka. Mungkin menikmati nuansa cinta sejenisnya atau mungkin berusaha kabur dari kenyataan yang memalukan. Sekalipun Kansha berusaha meminta, memperbaiki pernikahan dan ternyata nihil.

Sayangnya, kepulangan Kansha pada Loki membuat Wibi lantas memutuskan untuk menikah. Update mengenai hubungan rumah tangga Kansha dan Loki yang retak terlambat di dapat. Undangan terlanjur meluncur di genggaman Kansha namun hari pernikahan masih belum terlaksana. Kemudian novel ini berakhir begitu saja, dengan pertanyaan akankah Kansha dan Wibi akhirnya menemui hari kemerdekaan mereka? Merdeka atas penantian dan cinta yang salah tempat hingga kemudian di dapat?

Pernikahan.
Sebuah ikatan runyam yang tidak semua orang merasa nyaman dengan kenyang. Hantu masa lalu dan ujian mendatang adalah kode-kode musibah yang perlu dirajut agar rumah tangga tidak terburai pecah. Pernikahan memang tidak semudah kata "harusnya" atau tidak juga boleh bertendensi pada pengalaman para tetua. Pernikahan baru akan selalu membawa nuansa baru yang tidak dapat diprediksi kecuali ditetapkan secara pasti oleh garis nasib karya Tuhan. Namun begitu, ketika kita menikah, kesadaran bahwa masa lalu memang telah berlalu dan masa depan akan sama rasa diterjang adalah suatu hal yang perlu benar-benar disemat samakan agar tetap seimbang. Novel ini, secara tidak langsung telah membuat saya mengerti bahwa menikah membutuhkan keikhlasan dan kejujuran maksimal yang kesemuanya perlu senantiasa di komunikasikan.

Latar belakang penulis sebagai dosen di Universitas Pasundan dan ITN Bandung serta kecintaannya pada dunia musik, drama dan travelling sedikit banyak memberi pengaruh pada karya novelnya. Meskipun dikisahkan dengan berbagai konsep gaya bahasa, namun novel ini tetap dapat dicerna dengan mudah. Sebuah karya yang recomended untuk pecinta sastra modern sebagai masukan bagi mereka yang tengah bersiap berumah tangga pun bagi mereka yang ingin kembali merekonstruksi bangunan rumah tangganya agar lebih kokoh lagi dan lagi. Bagi yang ingin share, langsung saja kunjungi sosmed penulis, mama Ina (Agustina K. Dewi Iskandar) di:
twitter            : @inabicara
facebook        : www.facebook.com/agustina.iskandar   


Kamis, 15 Oktober 2015

BOJONEGORO BERBUDAYA SENI SASTRA, BOJONEGORO MENDUNIA

Doc. Burhanuddin Joe

Bojonegoro smangat berbenah
Bojonegoro tak henti berkarya
Bojonegoro semua pasti suka
Bojonegoro matoh...
(Penggalan lirik Bojonegoro Matoh - Kang Yoto)

Tahun ini, dunia seni budaya Bojonegoro penuh warna. Sempat dirundung kabar duka di akhir April dengan meninggalnya salah satu seniman terbaik, almarhum KGPHH Masnoen yang merupakan pelestari budaya Sandur Bojonegoro sekaligus pegiat seni yang banyak mencetak generasi seniman di Sanggar Laboraturium Sayap Jendela, bulan ini duka tersebut terselimuti prestasi membanggakan. Sosok eyang J.F.X Hoery, budayawan ternama yang aktif pada forum PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro) kembali menerima penghargaan langsung dari Gubernur Jawa Timur sebagai Pelestari Budaya dalam kesempatan upacara Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke-70 pada Senin, 12 Oktober 2015. Sebelumnya, eyang Hoery yang mansyur dengan ratusan karya sastra Jawanya baik berupa cerkak (cerita pendek) dan geguritan (puisi) ini pernah pula meraih penghargaan bergengsi sastra daerah, Rancage di tahun 2004. Dua sosok seniman sekaligus budayawan ini adalah contoh krontributor nyata yang bergerak berdasarkan kecintaannya untuk melestarikan budaya seni dan sastra Bojonegoro.

Bojonegoro!!

Daerah ini terkenal dengan begitu banyak potensi yang dimilikinya. Potensi sumber daya minyak Gayam-Wonocolo, hasil panen bawang merah Kedungadem, wisata alam Khayangan Api, Waduk Pacal, Kebun Belimbing termasuk juga potensi Batik Bojonegoro. Namun, diantara potensi-potensi tersebut, adat budaya adalah salah satu potensi yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pengembangannya untuk dapat mengantar Bojonegoro lebih terkenal tidak hanya di kancah daerah tapi bahkan kancah dunia. Budaya hidup sehat, tertib lalu lintas, peduli lingkungan, gotong royong, sopan santun adalah beberapa contoh budaya yang hendaknya memang disadari secara personal oleh masyarakat. Sedangkan budaya yang perlu dilestarikan dengan cara saling bersinergi antar lapisan masyarakat untuk dapat mencapai tujuan go nasional atau bahkan go internasional diantaranya adalah budaya Bojonegoro membaca, bersastra dan berkesenian!.

Budaya baca yang berkaitan erat dengan dunia sastra di Bojonegoro banyak disuarakan oleh berbagai pihak baik secara perseorangan maupun dalam bentuk satuan komunitas. Beberapa LSM yang bergerak di bidang literasi juga kian banyak bermunculan. Sebut saja Sindikat Baca, Lesung, Atas Angin, Langit Tobo, Sinergi dan masih banyak lagi komunitas literasi lainnya yang begitu aktif melestarikan budaya ini. Pada umumnya, sasaran komunitas ini adalah untuk melestarikan budaya baca dalam cakupan lingkungan setempat. Hal ini perlu karena membaca adalah standart umum bagi manusia untuk memperluas wawasan yang otomatis berpengaruh pada kemajuan pola pikir terlebih dalam menghadapi persaingan di era modern yang serba canggih. Kebiasaan membaca biasanya akan berlanjut pada kegemaran seseorang untuk menulis. Menulis. Ya, menulis apa saja termasuk pendapat, ide, gagasan pemikiran, saran, kritik dan berbagai hal positif lainnya yang banyak diperlukan baik untuk kemajuan dirinya sendiri, kelompok atau bahkan masyarakat luas.


Doc. Shinta Ar

Dilain sisi, budaya seni juga mendapat tempat tersendiri dalam tatanan masyarakat Bojonegoro. Seni dianggap tidak hanya bersifat sebagai hiburan namun juga penyeimbang jiwa. Sayap Jendela merupakan salah satu wadah yang banyak mencetak generasi dengan berbagai macam jenis keahlian seni mulai dari teater, menggambar, memahat, musik, tari hingga fotografi. Pementasan teater, pameran karya dan tampilan musik dalam komunitas ini biasanya diagendakan dalam MLSJ (Malam Laboraturium Sayap Jendela). Beriringan dengan itu, ada juga jenis kesenian lain yang masih dijaga kelestariannya oleh masyarakat Bojonegoro seperti Tayuban, Sandur, Jaranan, Oklik dan musik keroncong. Pentas komunitas keroncong yang ada di Bojonegoro sendiri dapat dinikmati secara gratis di tribun alun-alun Bojonegoro di waktu-waktu tertentu. Dalam perjalanannya, komunitas keroncong Bojonegoro telah sukses mengadakan parade keroncong nusantara bersama komunitas keroncong lain dari beberapa daerah seperti Surabaya, Rembang, Tuban dan Jatirogo pada Sabtu, 10 Oktober 2015 lalu.


Sandur Kembang Desa Bojonegoro (Doc. Qodri R)

OKB (Orkes Keroncong Baru) -Doc. Shinta Ar-

Kesenian Oklik Bojonegoro (Doc. Qodri R.)

Pameran Seni MLSJ (Doc. Shinta Ar)

Saat ini budaya membaca dan berkesenian yang ada di Bojonegoro tengah berkembang dalam balutan Purnama Sastra. Purnama Sastra adalah wadah eksplorasi ekspresi bagi penikmat seni dan sastra untuk menunjukkan kebolehannya baik dalam pembacaan puisi, cerpen, teater bahkan tampilan musik. Kegiatan ini sempat menjadi ajang dialog seni budaya pada Februari 2015 lalu, dengan menghadirkan beberapa tokoh masyarakat diantaranya bapak Bupati Bojonegoro Drs. H. Suyoto, M.Si, Komisi III DPRI RI, Remy Sylado dan seniman sekaligus wartawan, Bapak Yusuf yang kini aktif berkegiatan di Jakarta. Selain itu, agenda Festival Bengawan Bojonegoro yang telah berjalan 2 tahun belakangan di setiap perayaan Hari Jadi Bojonegoro juga merupakan salah satu upaya pemerintah bersama seniman, sastrawan dan budayawan Bojonegoro untuk memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya seni dan sastra di kalangan masyarakat dengan nuansa yang lebih merakyat.


Doc. Shinta Ar

Pengembangan pelestarian budaya baca, seni dan sastra kiranya dapat diupayakan lebih agar manfaatnya tidak hanya dapat dirasakan oleh warga Bojonegoro namun juga dunia. Upaya yang dapat ditempuh pemerintah, sastrawan, seniman beserta campur tangan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut  misalnya:
  • 1. Pembangunan fasilitas ruang baca secara lebih artistik dan menyeluruh (misalnya di terminal, rumah sakit, bank dan lain-lain) desertai dengan pengadaan buku bacaan yang lebih variatif.
  • 2. Pengadaan lomba menulis, bekerja sama dengan penerbit nasional ternama sehingga hasil karya terbaik dari peserta dapat dibukukan dan dipasarkan secara lebih meluas disamping digunakan sebagai arsip daerah.
  • 3. Pengadaan forum resmi yang berada di bawah bendera seni dan sastra untuk mewadahi jalinan silaturahmi sekaligus sebagai ajang pertemuan rutin perwakilan komunitas seni dan sastra di Bojonegoro guna berbagi pemikiran dalam melestarikan dan mengembangkan budaya baca, seni dan sastra.
  • 4. Pengadaan festival seni Sandur Bojonegoro berskala nasional (mencontoh agenda Grebeg Suro Ponorogo yang rutin mengagendakan festival seni tari Reog antar universitas).
  • 5. Pengadaan agenda rutin belajar seni dan sastra gratis bersama relawan seniman Bojonegoro di alun-alun Bojonegoro setiap Minggu pagi. Misalnya belajar menggambar dan mewarna bersama, belajar menulis cerpen, mendongeng dan sebagainya. Hasil karya peserta kemudian dapat dipajang di mading alun-alun Bojonegoro, gedung-gedung pemerintahan, fasilitas umum (mading bank, mading terminal, mading pasar, mading rumah sakit dan lain-lain) agar hasil karya tersebut dapat dinikmati masyarakat luas. Selain itu dibuka juga pelatihan seni tari gratis setiap minggunya untuk kemudian hasil pelatihan tersebut dapat ditampilkan di acara-acara pemerintahan.
  • 5. Pelestarian permainan tradisional dengan pengadaan agenda sekolah alam yang dapat diadakan di lingkungan tempat tinggal dengan relawan yang berasal dari karang taruna setempat.
  • 6. Menjalin jaringan informasi antar daerah terkait agenda-agenda nasional dan internasional yang berhubungan dengan bidang seni dan sastra. Misalnya update mengenai lomba ataupun event seni dan sastra sehingga pemerintah Bojonegoro dengan segenap bentuk dukungannya dapat mengirim delegasi untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dengan demikian budaya seni dan sastra yang ada di Bojonegoro secara tidak langsung akan dapat dikenal secara lebih luas, tidak hanya dalam lingkup daerahnya saja.
Sekolah Alam di Dander (Doc. Shinta Ar)

Perkembangan zaman memang mesti disikapi secara positif, aktif dan saling bersinergi. Dalam upaya menduniakan budaya seni sastra yang ada di Bojonegoro, komunitas seni, sastra dan budaya Bojonegoro juga memerlukan peran dan dukungan penuh baik dari awak media (koran, majalah, radio dan TV lokal), masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak terkait. Misalnya dalam hal update informasi, memposting kegiatan di dunia maya dan membangun jejaring sosial secara lebih mudah melalui media internet, diperlukan peran serta komunitas Blogger Bojonegoro dan Relawan TIK Bojonegoro beserta Dinas Kominfo. Program kegiatan yang lebih ber-nas dari DKB bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro untuk kemudian dikembang wujudkan oleh komunitas seni dan sastra yang ada di Bojonegoro juga perlu di singkronkan. Dengan terciptanya kesadaran untuk peduli, tumbuh dan berkembang bersama, budaya seni dan sastra Bojonegoro akan lebih mudah diterima dan mendunia. Bojonegoro MATOH!!



Minggu, 11 Oktober 2015

ERA PULSA, SEMUA SERBA INSTAN, EKSIS DAN MENDUNIA


Gaya hidup saat ini memang tidak segamblang era nenek moyang yang sederhana, tradisional dan serba natural. Sejak ditemukannya kabel telpon, saluran listrik, fashion yang terus berubah setiap detik hingga pernak-pernik kecanggihan teknologi, rasa-rasanya hidup semakin meriah saja.

Kerumitan manusia kekinian tidak sebatas mencari nafkah demi keberlangsungan hidup untuk urusan perut saja. Biaya pendidikan, bensin, tagihan telpon, listrik, air, sumbangan sosial dan kebutuhan akan media eksistensi diri membuat manusia saat ini harus bekerja lebih ekstra demi menukar rupiahnya untuk aneka keperluan tersebut.

Kebutuhan manusia akan pulsa juga menjadi salah satu gaya hidup modern. Sejak memiliki handphone saat menginjak bangku SMA, saya pribadi harus rela membagi jatah uang jajan saya untuk keperluan membeli pulsa. Handphone memang lantas menjadi primadona sejak diperkenalkan dengan kemampuan terbatas untuk sekedar SMS dan telpon hingga kemudian bermetamorfosis kian smart dengan bubuhan berbagai fitur mulai dari kamera, video, perekam suara dan sebagainya. Terlebih saat ini perangkat canggih tersebut juga dilengkapi berbagai layanan sosial media yang mendunia. Tapi secanggih apapun teknologi komunikasi yang ada, tetap tidak akan berfungsi membangun jaringan komunikasi yang baik tanpa adanya jangkauan signal dan PULSA.

Tidak jarang dalam kehidupan sosial, keluarga, pertemanan ataupun bersama pasangan, saya sering mengalami kesalahpahaman akibat kehabisan pulsa. Telpon yang mendadak mati ataupun sms yang tidak sempat terbalas adalah hal sepele yang lantas menjadi pemicu konflik. Saat pulsa elektrik belum merebak seperti sekarang, konter pulsa penyedia pulsa gesek adalah satu-satunya harapan. Mungkin karena sikon yang tidak selalu memungkinkan untuk menjangkau pembelian pulsa gesek di saat-saat genting, maka kemudian berkembanglah pemasaran PULSA ELEKTRIK yang lebih fleksibel, mudah, instan dan lebih banyak diminati. Tidak berhenti sampai disitu, segala kemudahan yang disuguhkan oleh perangkat handphone dan pulsa elektrik bagi saya belum cukup. Perbandingan harga jual pulsa antar satu dan lainnya menjadi pertimbangan lain yang saya ributkan. Walaupun kisaran perbedaan harga pulsa tersebut tidak terlalu signifikan, tapi uang adalah uang, susah dicari dan terlalu mudah habis terbagi. Maka tidak heran jika agen penyedia PULSA MURAH lantas menjadi langganan saya.

Perkembangan teknologi yang kian pesat membuat saya ikut terlibat dalam penggunaan modem untuk memudahkan koneksi di sosial media. Facebook, twitter dan blog adalah situs-situs yang paling sering saya kunjungi ketika tengah berinternet ria. Menurut saya, ketersediaan pulsa dalam aktifitas ini juga bersifat fardhu 'ain karena semakin banyak pulsa yang terisi, semakin banyak pula kuota internet yang didapat dan itu artinya urusan berselancar di dunia maya semakin aman terkendali. Rata-rata perbulan, saya bisa menghabiskan minimal Rp. 150.000,- untuk pembelian pulsa handphone dan modem. Nominal ini adalah nominal yang sudah saya tekan sedemikian rupa agar kebutuhan hidup saya yang lain tidak terbengkalai.

Perubahan era membuat peran modem lantas tergantikan dengan satu paket komplit dalam balutan handphone canggih yang berlabel smartphone. Kemudahan komunikasi ditawarkan lebih fleksibel dengan teknologi ini. Situs sosial media pun kian banyak bermunculan mulai dari path, instagram, line, kakao talk, wassap, bbm dan masih banyak lagi. Sifat dasar manusia yang ingin senantiasa eksis ternyata juga membuat saya tergoda untuk mencoba segala aplikasi tersebut. Padahal, seiring dengan banyaknya aplikasi yang digunakan dengan bantuan data seluler, itu berarti semakin meningkat pula penggunaan kuota yang berujung pada semakin bengkaknya kebutuhan pulsa. Tetapi karena update harus disegerakan, maka ketersediaan pulsa memang harus senantiasa dipastikan.

Pengalaman pribadi saya terkait kebutuhan pulsa mungkin juga dialami oleh sebagian besar orang. Disinilah peranan agen pulsa banyak dibutuhkan tentunya dengan tawaran harga yang lebih miring dan terjangkau. Ya, ketergantungan manusia modern terhadap pulsa membuat bisnis jual beli pulsa kian merebak. Jasa agen pulsa yang mulanya berupa konter, kini menjamur secara lebih mandiri dan bersifat perseorangan. Dengan bermodal HP segala jenis dan pembelian saldo di agen pulsa resmi, bisnis jual beli pulsa ini dapat dilakukan dengan mudah dan aman. Bicara soal keuntungan, jangan ditanya, walaupun dengan untung bernominal kecil untuk setiap kali transaksi, tapi jika ditekuni, bisnis ini terbilang menjanjikan.

Di kota-kota besar dengan prilaku penduduknya yang konsumtif, bisnis pulsa adalah hal yang perlu dicoba. Terlebih jika kota tersebut banyak di dominasi usia remaja dan mahasiswa dimana gaya hidup update, narsis, aktif dan eksis merupakan suatu kebutuhan. Tidak sampai disitu, saat ini kebutuhan pulsa tidak hanya untuk menjangkau kemudahan berkomunikasi tetapi juga untuk memastikan listrik di rumah tetap menyala. Penggunaan token listrik dengan isian pulsa memang tengah dikembangkan belakangan ini. Di Jakarta misalnya, banyak kita jumpai agen PULSA MURAH JAKARTA dan PULSA ELEKTRIK JAKARTA, namun jika ingin memastikan kemudahan berbisnis pulsa, langsung saja kunjungi laman POJOK PULSA di http://pojokpulsa.co.id. Pojok Pulsa merupakan server resmi pulsa elektrik nasional dengan pengalaman kurang lebih selama 6 tahun melayani kebutuhan pulsa masyarakat Indonesia. Bisnis pulsa, harga spesial, transaksi aman dan banyak untungnya, Pojok Pulsa solusinya. Ingat pulsa, ingat Pojok Pulsa!


Rabu, 07 Oktober 2015

BE BLOGGER, BE KUTER, GO FOR IT!

"HADIAH!!!"
Siapa yang nggak mau hadiah? Everybody love it, right? So do I ^^v.

To the point aja ya, mak..
Kalau ditanya passion saya dalam dunia blogging, saya nggak bisa mangkir bahwa berburu HADIAH adalah magnet utama saya. Yeah, walau sejujurnya ada magnet-magnet lain yang nggak kalah berpengaruh seperti halnya penggunaan blog sebagai media curcol, sebagai peti harta karun tempat menyimpan cerpen-cerpen labil yang saya buat, sebagai media eksistensi diri dan lain-lain.

Awalnya, saya merupakan pengguna sosmed dengan aliran galau, cupuisme, dramatis dan sok bijak. Saya banyak membuang waktu, kuota, tenaga dan pikiran secara percuma hanya untuk mikir "buat status apa ya yang kelihatan wah," "posting foto yang mana ya biar banyak yang like dan koment," (hahaha, ketahuan songongnya kan). Selain itu saya juga suka stalk status-status GJ atau mungkin sempat juga meninggalkan jejak sakit hati bagi pengguna lain dalam komentar dan status yang saya posting. Pokoknya nggak penting plus nggak produktif banget. Istilah agamisnya "mubazir" alias buang waktu percuma, sia-sia, nggak malah bikin pinter tapi malah jadi semakin alay.

Penggunaan blog jaman alay. ^^

Hingga akhirnya, dipertengahan 2012 saya pindah haluan dengan menganut aliran KUTER (Kuis Hunter). Bagi sebagian orang yang tidak terlibat dalam jaringan ini, mungkin keberadaan kuter dianggap mengganggu dengan banyaknya share, tag pun posting kuis yang bikin beranda dan notif jebol. Hal itu wajar, tapi bagi saya selama saya tidak melanggar norma hukum, agama dan tidak merugikan pihak lain dengan apa yang saya lakukan, ya santai saja. Setiap umat kan punya HAM untuk berkresi dengan sosmed pribadinya, lagipula kalau risih dengan pengguna sosmed lain, nggak perlu pakai ribut nyinyir, tinggal DC aja, beres.

Hadiah giveaway

Selain hadiah, kuter yang lantas menjadi gaya hidup saya, sedikit banyak juga memberi dampak positif dengan turut berkontribusi dalam jalinan silaturrahmi saya dengan banyak orang-orang positif yang menjadikan sosmed tidak hanya sebagai ajang curhat tapi sekaligus ajang kreasi inspirasi dan media untuk share berbagai jenis ilmu yang sebelumnya saya benar-benar zonk, seperti halnya dunia blogging.

Blog saya terbentuk di akhir tahun 2012, tentunya setelah saya merasa bahwa nguter di FB dan twitter saja "mana cukup??!!"

Sejak memutuskan menjadi blogger 3 tahun belakangan, saya merasa masih saja menjadi blogger amatir yang perkembangannya begitu lambreta. Tampilan blog saya masih SNI, tanpa ada tulisan berjalan atau backsound pun juga masih mengandalkan situs blog gratisan dengan isi artikel yang ala kadarnya. Beda jauh kalau dibanding dengan blog lain semisal blognya mbak Grace, mbak Pungky atau lihat aja blognya si Emak Gaoel yang sama-sama berusia muda tapi perkembangannya begitu signifikan bahkan bisa sampai ketok label plus membawa si emak mluncur di ajang lomba kece seperti Kartini Next Generation. Belum lagi sampingannya sebagai writter bikin blog si emak ini nggak cuma update setiap harinya tapi juga sering ngadain ajang lomba blog yang hadiahnya bikin ngiler mata.

Meski menjadi blogger belum menjadikan saya go nasional apalagi go internasional, tapi setidaknya saya bersyukur karena berkat meluruskan niat menjadi kuter di blog, saya sempat merasakan yang namanya menang lomba blog, dapet hadiah piagam, piala, uang hitungan jeti plus foto bareng Bupati. Nggak cuman itu, alhamdulillah berkat rajin menimbun cerpen di  blog, saya kesampaian juga punya buku kumpulan cerpen yang diterbitkan oleh penerbit lokal. Lumayanlah, setidaknya bisa GO FOR IT! Finally, I choose my way  to be KUTER and also author in my blogging activity and I'll keep it.
    
  


As a blogger, i'm nothing without connection.

Bicara soal koneksi, hukumnya fardhu 'ain bin nggak bisa diabaikan. Sebagai manusia kota yang ngungsi ke desa, saya sempat gelagepan berasa kek manusia purba yang terdampar di gua tanpa jaringan internet. Untung Smartfrend lekas meluncurkan produk MIFI 4G LTE Andromax M2P yang jadi super hero banget bagi kelangsungan hidup saya di dunia maya. Dengan koneksi anti mendrip-mendrip dan akses internet yang cepat, semua terasa begitu memuaskan.

 


Selain mengandalkan Laptop, Pulsa plus MIFI bahenol, dalam penulisan artikel ini saya masih menggunakan jasa Microsoft Word 2010, pengambilan gambar pakai aplikasi kamera smartphone, Screen Shoot baik lewat HP ataupun laptop dengan alur (CTRL + prt sc sysrq) lanjut paste ke aplikasi Paint - edit - save dengan format "jpg" dan nggak ketinggalan, jasa Google Crome plus blogspot buat penyempurna upload posting artikel saya. So simpel, nggak ribet dan tetep bisa GO FOR IT!  

_________________________________________________________________________________

Screen Shoot bukti pemenuhan syarat-syarat lomba:       
                                         
















Link bukti share info lomba via FB: 
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=976915655699792&id=100001441000757&pnref=story

Link bukti share info lomba via twitter:
https://twitter.com/Shinta_Ardinta/status/651662279872610304?lang=en