Judul Buku : Menikah Titik Dua
Penulis : Agustina K. Dewi Iskandar
Editor : Fanti Gemala
Penata isi : Novita Putri
Desainer kover &
ilustrasi : Rio Siswono
Penerbit : PT Grasindo, anggota Ikapi, Jakarta
2014
ISBN : 978-602-251-702-3
GWI 703. 14.1.084
Sakinah,
mawadah, warrohmah--katanya itu impian keluarga bahagia. Tapi bagaimana kalau
ternyata masih ada juga perempuan yang tidak cukup bahagia dengan segala
ketenangan, cinta, dan keseimbangan? Lalu, ia berusaha mencari-cari kisah
bahagia yang direkanya bersama orang lain, meskipun kemudian tiba-tiba saja ada
kejernihan perasaan yang mendera, membuatnya kembali menyadari bahwa pernikahan
adalah sebuah ikatan suci yang tidak boleh dinodai dengan perselingkuhan.
Realita
kejujuran bukan berarti selalu berbalas dengan kejujuran berporsi sama.
Laki-laki pun masih tetap punya rahasia yang belum tentu terbagi dengan
perempuan yang dinikahinya. Sementara mau tidak mau, perempuan adalah siput
raksasa yang harus berbesar hati menyangga rumahnya meskipun ada satu bagian
kecil hati yang mungkin akan terluka. Ini menjadi kisah sepasang suami istri
yang melakukan perjalanan untuk menemukan titik bagi setiap pencarian yang
terjadi setelah mereka menikah. Bagaimana kalau tetap saja ada titik dua dalam
sebuah pernikahan? (Menikah Titik Dua - AKDI)
Menikah Titik Dua.
Sebuah novel dengan kisaran
tebal 190 halaman ini telah mengubah persepsi saya tentang sajian novel pada
umumnya. Novel ini seperti sebuah puzzle acak yang di desain perca demi perca secara
ringkas namun tetap runtut tanpa perlu memakan banyak ruang penjelasan.
Percakapan, baik dalam gambaran maya pun nyata banyak terjadi dalam karya yang
menjadikan novel ini padat. Bahasa-bahasa liris khas Kansha yang tertuang dalam
sensasi di beberapa bagian artikel blog pribadi tokoh tersebut, seakan membuat
aroma sastra begitu kuat menyengat. Berbaur dengan konflik rumah tangga,
taburan masa lalu dan kenyataan yang berseling, novel ini mengajak para pembaca
khususnya yang tengah berumah tangga untuk lantas berpikir: "Sudahkah kita
ikhlas menjalani biduk rumah tangga dan benar-benar menikmati setiap prosesnya
dengan penuh rasa lapang, syukur atau bahkan tabah?"
Kansha, seorang istri
sekaligus ibu satu anak yang secara tidak sengaja kembali bertemu dengan sosok
"fans" masa lalunya melalui media blog yang rutin dikuntit oleh
seorang Wibiandra. Sesosok pria yang tidak memiliki banyak keberuntungan untuk
dapat menyanding Kansha secara sah meski mereka saling sepaham dan nyaman satu
sama lain. Keadaan rumah tangga Kansha yang menurut versinya tidak lagi memberi
rasa nyaman membuat Kansha mencoba sensasi lain dengan lebih sibuk mencari
celah untuk dapat berselancar di dunia maya, curhat dan berbagi apapun kepada
Wibi, orang yang dianggapnya sebagai sang pemberi warna baru di dunianya yang
mulai kusam. Wibi dengan status single dan sebongkah cintanya yang terjaga,
menyambut hangat secercah harapan yang hadir dari situasi yang tengah dihadapi
Kansha.
Sedangkan Loki, suami
Kansha, nyatanya adalah seorang gay yang tidak cukup lapang dada menerima
kenyataan bahwa istrinya tengah berubah. Ia menuntut Kansha untuk mengerti dan
berhenti, namun setelah Kansha berhasil pulang kembali dalam genggaman, justru
kemudian ia kian tersesat dan memilih pergi. Menyudahi pernikahan mereka.
Mungkin menikmati nuansa cinta sejenisnya atau mungkin berusaha kabur dari kenyataan yang
memalukan. Sekalipun Kansha berusaha meminta, memperbaiki pernikahan dan
ternyata nihil.
Sayangnya, kepulangan Kansha
pada Loki membuat Wibi lantas memutuskan untuk menikah. Update mengenai
hubungan rumah tangga Kansha dan Loki yang retak terlambat di dapat. Undangan
terlanjur meluncur di genggaman Kansha namun hari pernikahan masih belum
terlaksana. Kemudian novel ini berakhir begitu saja, dengan pertanyaan akankah
Kansha dan Wibi akhirnya menemui hari kemerdekaan mereka? Merdeka atas
penantian dan cinta yang salah tempat hingga kemudian di dapat?
Pernikahan.
Sebuah ikatan runyam yang
tidak semua orang merasa nyaman dengan kenyang. Hantu masa lalu dan ujian
mendatang adalah kode-kode musibah yang perlu dirajut agar rumah tangga tidak
terburai pecah. Pernikahan memang tidak semudah kata "harusnya" atau
tidak juga boleh bertendensi pada pengalaman para tetua. Pernikahan baru akan
selalu membawa nuansa baru yang tidak dapat diprediksi kecuali ditetapkan
secara pasti oleh garis nasib karya Tuhan. Namun begitu, ketika kita menikah,
kesadaran bahwa masa lalu memang telah berlalu dan masa depan akan sama rasa
diterjang adalah suatu hal yang perlu benar-benar disemat samakan agar tetap
seimbang. Novel ini, secara tidak langsung telah membuat saya mengerti bahwa menikah membutuhkan keikhlasan dan
kejujuran maksimal yang kesemuanya perlu senantiasa di komunikasikan.
Latar belakang penulis
sebagai dosen di Universitas Pasundan dan ITN Bandung serta kecintaannya pada
dunia musik, drama dan travelling sedikit banyak memberi pengaruh pada karya
novelnya. Meskipun dikisahkan dengan berbagai konsep gaya bahasa, namun novel
ini tetap dapat dicerna dengan mudah. Sebuah karya yang recomended untuk pecinta sastra modern sebagai masukan bagi mereka
yang tengah bersiap berumah tangga pun bagi mereka yang ingin kembali
merekonstruksi bangunan rumah tangganya agar lebih kokoh lagi dan lagi. Bagi
yang ingin share, langsung saja kunjungi sosmed penulis, mama Ina (Agustina K.
Dewi Iskandar) di:
twitter : @inabicara
facebook : www.facebook.com/agustina.iskandar