Rabu, 09 September 2015

If Your Husband Are Smoker..


Setiap rumah tangga pasti memiliki aturan main, kesepakatan dan tradisi yang berbeda. Begitupun dengan sifat, kebiasaan dan gaya hidup individual di dalamnya. Ada rumah tangga yang terdiri dari pribadi-pribadi worka holic demi memenuhi kebutuhan hidup atau bahkan tipikal rumah tangga serba syukur dengan cukup menekuni satu pekerjaan saja tanpa sibuk mencari sampingan, tambahan, apalah-apalah. Yang pasti apapun yang diputuskan pribadi di dalamnya adalah yang mereka yakini baik demi keberlangsungan hidup mereka.

Segala hal terasa sah termasuk ketika seorang istri yang tidak pandai memasak dan mengurus rumah lebih mempercayakan keahlian tersebut pada PRT atau bahkan cuek sekali dengan sikon rumah yang acak kadut dan memilih pesan makan diluar. Selama suami merasa nyaman, ridho dan mampu menghadapi, it feels like halal-halal saja. Atau ketika seorang istri begitu tabah memiliki suami over sibuk dengan jam kerja pergi pagi pulang malam sampai rumah kelelahan, jablay pasti tapi banyak uang. It's also fine. Hehe.

Pernikahan adalah milik mereka yang berani beresiko. Para komentator adalah biar cukup sebagai tim pesorak. Jika segala sesuatunya harus baik dimata manusia, rasanya mustahil. Siapa bilang berjodoh dengan orang kaya, cantik, tampan, pintar atau modis itu enak? Nyatanya tidak sedikit artis yang terlibat kasus perceraian. Audzubillahimindzalik. Atau siapa yang menjamin bahwa berjodoh dengan seorang pemalas, hanya  pandai bersolek pun tamatan sekolah rendahan lantas akan memiliki rumah tangga neraka?

Masalahnya, manusia begitu labil dan akan selalu mengalami perubahan. Perubahan menjadi baik, menjadi buruk, semakin baik pun semakin buruk, tergantung sikon dan segala kemungkinan lainnya.

Tugas pernikahan adalah untuk mengadakan perubahan sesuai kesepakatan individu yang terlibat di dalamnya. Caranya berbeda-beda sesuai selera, target pencapaiannya tergantung jamaahnya dan tujuannya pasti tidak bisa disama ratakan antar satu dan lainnya.

Saya menikah dengan seorang smoker. Sebagian besar orang berpendapat bahwa itu adalah sebuah kesialan karena beribu penyakit akan segera mengantri, finansial terbuang percuma dan banyak lagi pendapat negatif lainnya. Saya memutuskan bahwa ini adalah sebuah tantangan. Tantangan untuk setidaknya tetap membuat suami saya tampak "tampan" dan tetap sehat lahir batin. Sebelum menikah, suami saya memang kurang begitu memperhatikan kesehatan terutama kesehatan giginya. Walhasil sebagai smoker aktif dan penikmat kafein, karang gigi menjadi problem utamanya.

Every problem will find it's way. Just make some plans to solve it!. Tantangan pertama saya adalah membuatnya terbiasa menggosok gigi menjelang tidur selain ketika mandi. Tantangan berikutnya adalah memberi semangat agar beliau meluangkan sedikit waktunya untuk berolahraga. Kemudian memperhatikan menu makanan yang sebisa mungkin saya racik sendiri dimana menu sayur sering kali saya selipkan walau kebanyakan dalam bentuk tumis. Mengganti menu wedang setiap hari juga menjadi langkah lain saya agar kadar kafein tidak terlalu sering meracuni tubuh dan memperparah perubahan warna giginya. Setelah beberapa tantangan tersebut berhasil tertakhlukkan, tantangan berikutnya adalah mengajak suami saya berkunjung ke dokter gigi untuk mengatasi problem karang giginya. Berbagai alasan siap ditawarkan setiap kali saya merayu untuk pergi ke dokter gigi. Hingga akhirnya di bulan ke-6 pernikahan kami, saya sukses menghantarkannya duduk pasrah dihadapan dokter gigi. Misi ini hampir gagal ketika kami mulai jenuh mengantri hampir 1,5 jam untuk ini. Sesekali saya berdo'a agar waktu mengantri terasa cepat dan berulang kali saya mencari topik bahasan agar kami lupa waktu dan suami terlupa putus asa. Tara.. akhirnya kami bertemu dokter gigi cantik yang super sabar menangani suami saya setiap kali melambaikan tangan tanda menyerah ketika proses pembersihan karang gigi.

Well, sekarang gigi suami smoker saya kinclong kembali. Tinggal tantangan terakhir yaitu membuat beliau mengurangi atau bahkan benar-benar berhenti merokok. Kami sedang mencoba. Doanya ya..

Jika suami anda seorang perokok, perhatikanlah dia!. Jangan cuek, jangan pula hanya melulu mengeluhkan kebiasaan buruknya. Ketika gemas karena kebiasaan buruk itu masih berlangsung, cukup ingat saja waktu dimana ia selalu berusaha bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup anda setiap harinya. Sekalipun mereka tampak dewasa, seorang suami tetap manusia biasa yang perlu dukungan dan diingatkan ketika alpha.

Pada prinsipnya segala hal yang dirasa buruk pasti bisa diperbaiki. Karena segala yang baik juga bisa menjadi buruk. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Selamat bereksperimen dalam rumah tangga. Tetap simpati, sabar, sayang, syukur dan semangat!! :-)