Kamis, 26 Desember 2013

WONOCOLO, SURGA MINYAK, SURGA DUNIA #ExploringBojonegoro



(2)


Perjalanan berlanjut menuju ke lokasi potensial berikutnya yang ada di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Di daerah ini merupakan kawasan tambang minyak bumi yang mana sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai penambang minyak.

Perjalanan menuju Desa Wonocolo tampak begitu mengagumkan dengan nuansa jalannya yang serupa menyusuri kawasan pegunungan. Rimbun, sejuk dan penuh pepohonan rindang. Kawasan ini seakan menjadi Kota Batunya Bojonegoro yang bebas polusi dan masih asri. Tampak di beberapa titik jalan, tengah berlangsung perbaikan jalan untuk mempermudah akses jalan menuju Desa Wonocolo.



Perjalanan berikutnya tampak begitu berbeda dengan nuansa pemandangan beberapa sumur pompa minyak milik Pertamina yang berada di sekitar kanan kiri jalan. Di lokasi tersebut, saya dan rekan sempat mengambil beberapa gambar. Tidak seberapa lama kemudian, kami tiba di daerah tambang minyak yang mana proses pengolahannya masih menggunakan cara tradisonal yaitu dengan menggunakan alat-alat tradisonal berupa sumur kayu tua dan tenaga manusia untuk menambang sumur dan mengolah minyak.



Pak Samsuri adalah salah satu penambang minyak yang kami jumpai di lokasi. Sambil menikmati waktu istirahatnya, beliau banyak bercerita mengenai kegiatan tambang minyak yang ada di sana. Menurut penuturan Pak Samsuri, tambang minyak yang tengah kami kunjungi merupakan tambang minyak milik KUD Usaha Jaya Bersama yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat Desa Wonocolo. KUD Usaha Jaya Bersama ini berdiri sejak tahun 2008. Para penambang minyak biasanya mulai beraktifitas sejak pukul 6 pagi hingga 10 pagi. Kemudian, pekerjaan berlanjut dari jam 1 siang hingga jam 6 petang. 


Tambang minyak milik KUD Usaha Jaya Bersama ini biasanya mematok harga Rp. 700.000,- untuk setiap penjualan 1 tangki minyak mentah dan Rp. 850.000,-  untuk setiap penjualan 1 tangki minyak yang telah diolah. Sejauh ini, hasil tambang minyak yang ada di daerah tersebut memang masih mengandalkan pihak Pertamina sebagai penadahnya. Dari hasil penjualan minyak tersebut, biasanya para pekerja di tambang minyak mendapat upah sekitar Rp. 50.000,-  hingga Rp. 100.000,- per hari yang dibayarkan setiap harinya.


Pak Samsuri menambahkan jika selama ini para penambang minyak memang hanya terkendala oleh perubahan cuaca karena saat musim penghujan seperti saat ini, penambangan dan pengolahan minyak tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Dengan potensi pemandangan alam yang indah serta Sumber Daya Alam (SDA) berupa kandungan minyak bumi yang melimpah, sudah seharusnya Bojonegoro mampu mandiri untuk mengolah potensi yang ada sehingga mampu meningkatkan income yang tentu diharapkan dapat berimbas pada tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

Pembangunan kawasan wisata alam berupa outbond, villa, hotel atau bahkan tempat penelitian tambang minyak merupakan salah satu ide yang sekiranya dapat dikembangkan pada daerah ini. Disamping itu, Bojonegoro juga harus mulai mampu berbenah untuk lebih mampu memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada untuk dapat mengolah dan memasarkan hasil tambang minyak bumi agar supaya SDA yang ada tidak perlu mendapat campur tangan pihak asing. 

Di Desa Wonocolo, banyak juga dijumpai sumur tua yang sudah tidak berproduksi. Hal ini dapat pula menjadi salah satu obyek wisata yang menarik misalnya sebagai tempat kegiatan off road dan sebagainya. Minimnya fasilitas umum seperti SPBU dan lampu penerangan jalan di kawasan ini juga perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar supaya pengguna jalan lebih nyaman ketika berkujung ke WONOCOLO!




Untuk sekedar informasi bahwa selain mampir ke Wonocolo, kita juga dapat berkunjung ke daerah Kasiman untuk membeli oleh-oleh kayu ukir khas Bojonegoro yang tersedia dalam berbagai bentuk ukiran. Beberapa diantaranya adalah ukiran berbentuk kaligrafi, jam, gitar dan masih banyak lagi. Tunggu apalagi? Liburan? Sesekali mari berkunjung ke WONOCOLO!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar