Rabu, 31 Desember 2014

Menggenggam 2014!



Pengalaman menjadi Juri Nasyid di 2014

Catatan ini adalah sebuah bentuk syukur dan sekaligus tolok ukur untuk apa saja yang telah dan belum saya capai. Tentu tahun yang lelah untuk sepanjang 2014 tapi sekaligus menyenangkan. Saya banyak bersyukur untuk kesemuanya itu karena ternyata hingga detik ini saya masih diamanahi hidup oleh Allah SWT yang itu artinya semoga setiap bulirnya akan menjadi detik yang berkesan.

2014..
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, hingga pukul 12:57 WIB saat saya mencatat tulisan ini, saya belum mengoleksi satu bentuk penghargaan-pun berupa juara 1, 2 ataupun 3 dari berbagai lomba ber"piala" yang saya ikuti ditahun ini mulai dari lomba blog, lomba cerpen hingga lomba pidato Bahasa Inggris. Oh, sebagai catatan kecil, sebenarnya pada ajang lomba pidato saya mendapat peringkat pertama saat babak penyisihan namun harus berpuas duduk manis di posisi ke-empat untuk babak final. Baiklah!. Apakah lantas saya kemudian putus asa? Tentu.. atau barangkali Tidak. Saya memang terbiasa membentuk diri saya untuk "berpartisipasi" dan "mencari lagi" terutama pada ajang-ajang lomba yang sekiranya saya mampu. Tidak terkecuali dalam berbagai ajang berburu giveaway. Hingga ketika saya gagal pada satu ajang, saya tidak perlu sedih berlarut karena saya masih punya bayak stok harapan-harapan lain yang walau lebih banyak berstatus "ZONK" tapi paling tidak telah mampu membuat diri saya bersikap aktif berburu daripada sibuk tidur dan puas bermimpi. Saya akui, saya memang gila lomba, hadiah dan gratisan atau apapun itu yang pasti semoga sebisa mungkin tidak gila "asal" minta. Eh, ikut berburu giveaway itu harus berjuang dulu lho, share ini, klik itu, mention sini, dibully gara-gara menuhin beranda situ belum lagi saingannya banyak bukkk! :D :) ^^v

Senin, 22 Desember 2014

Keluarga Nuklir #MenjagaApi


Keluargaku selaksa nuklir. Meledak dan bertambah banyak. Aku tidak hanya mempunyai sepasang orang tua tetapi dua sekaligus. Atau tiga? Ayah ibuku berpisah saat aku berusia 5 tahun, kakak lelakiku 10 tahun dan adik perempuanku 7 bulan. Hidup setelahnya adalah seperti merantau, mengadu nasib dan menyusun serpih puzzle yang terlanjur hancur. Orang tuaku, masing-masing memutuskan menikah lagi.

Ibu kandung dan ayah baruku.

Saat usiaku menginjak 8 tahun, aku tidak lagi tinggal bersama ibu seperti kedua saudaraku yang lain. Aku tinggal bersama keluarga pakde, kakak lelaki ibuku. Lengkap sudah. Perasaan haru kerap berseteru setiap kali pikiran kekanakanku muncul, merasa dunia begitu asing dan menyedihkan. Sejak saat itu aku hanya mampu bersemoga agar supaya ayah, ibu dan saudara-saudara kandungku selalu sayang aku. Semoga aku lantas tumbuh menjadi pribadi yang baik.

Saudara sepupu, putra-putri pakdeku.

Jalan yang panjang, mimpi yang semburat dan aku yang kian tumbuh. Hidup, banyak membuatku belajar akan makna syukur. Jika ditengok kembali, setidaknya aku bersyukur masih dapat menikmat makan, tidur, melanjutkan pendidikan dan menjumpa banyak perhatian dari keluarga nuklirku. 

....
Setelah 10 tahun tinggal bersama keluarga pakdeku, aku memutuskan untuk melanjutkan hidup bersama keluarga ayahku.
....

Bersama keluarga baru ayahku.

Usiaku saat ini 22 tahun, bekerja sebagai penyiar radio, tergabung dalam grup musik keroncong, aktif dalam komunitas literasi dan merangkap menjadi guru les. Tidak banyak yang tahu bahwa saat sekolah dulu aku pernah menjajakan bubur kacang hijau, makanan ringan dan buah anggur hasil panen kebun pakdeku.

Dua pasang orang tua dan sepasang lagi adalah pakde budeku. Dua saudara kandung, empat saudara tiri dan empat saudara sepupu membuat semarak garis hidupku. Akulah si musafir itu, mencari jejak cinta, berpindah induk, menemu banyak saudara. Merajut ilmu ikhlas dan lapang dada dari pedih yang kadang mematikan tapi semoga selalu menguatkan. Aku mungkin terlalu istimewa hingga perlu dididik besarkan oleh tiga pasang orang tua sekaligus. Oleh karenanya aku berdo’a semoga Allah senantiasa memudahkan segala urusan dunia akhirat keluarga nuklirku. 

Rabu, 17 Desember 2014

TERENDAP


Sekedar bersandar setelah 7 tahun yang panjang. Langit meratap hingga jatuh sudah peluh sedunya, menancap diujung kepalaku. Kau bilang segala usai di masa lampau adalah suatu fatal yang enggan kau ulang pun tidak ingin kau buang hilang. 

"Menyesal, tidak. Dibuang sayang, iya." 
"Dia orang baik. Sedang kita hanya punya masa lalu."
"Setelah hari ini, tidak ada lagi pertemuan-pertemuan gila kan?"
"Menurutmu?"

Kau sibuk mengusap ujung mataku yang berbulir, bersuhu kontras dengan apa yang disebar gerimis. Diam yang panjang. Aku mengalih pandang, bermain pasir pantai yang mulai menggumpal, terendap, seperti rasaku yang mati kaku. Ingin yang tidak ingin. Sulit yang menyulitkan. Pisah yang lelah. Angan yang lengang. 

”Terimakasih untuk hari ini.”
”Untuk?”
”Untuk masih mau sekali lagi berbagi.”

Ujung batas yang riuh. Gulung gelombang nan pasir yang merapatkan genggamannya dijemari air hingga berbuih. Semua terekam, bersama gerimis yang terjun tipis-tipis. Dan kita pulang. Memulangkan rindu, menuntaskan ragu.

Selasa, 02 Desember 2014

My 22nd Year's Old


Crazy Little Thing Called STRES! :D :p

"Hidup memberimu hidup beserta semerbak nafas yang kau laju perlahan. Hidup pula yang turut mengundang makna mereka untuk datang mengisi setiap relung dalam batinmu, kemudian menaut lagi terpatri hingga mati." 
-Shinta Ar- 

Usia saya 22 tahun sejak 16 November tahun ini. Ada selip sedih dan kecamuk takut yang menghebat pada masa peralihan ini. Harus bagaimana? Akan jadi apa? Akan berbuat apa besok? Dan sebegitu seterus yang saya ingat. Merisaukan sejengkal jiwa kawula yang tidak lagi berstatus mahasiswa, untuk menikah rasanya terlalu muda dan apalagi hidup menghirup rona pandang sejuta tempat wisata..ah, rasanya ingin sekali, pergi kesana sini, tapi kemudian berbalik realistis, saya sudah bukan saatnya menjadi beban orang tua. Apakah saya bekerja? Saat ini, YA!! Tapi gaji bukan untuk cukup hidup hari ini saja kan? Sekalipun uang mudah hinggap, juga bukan kemudian jadi alasan untuk sembarang dilepaskan. 

Mimpi saya, saya ingin lanjut S2, mencari beasiswa. Diam. Sejenak terpaku lagi melihat status akreditasi tempat menimba ilmu saya dulu yang "belum seberapa". Masih sambil menanti keajaiban dan rasa yakin berburu beasiswa, saya berpikir lagi. Saya ingin lanjut S2, dengan uang menggelembung di tabungan saya.. baiklah.. regristasi awal dan 1-2 semester itu masih cukup.. lantas? Dan seterusnya dan seterusnya? Tahu tidak, sebenarnya saya juga masih belum tahu apa yang akan saya lakukan berikutnya dengan gelar S2. Yang pasti, saya ingin lanjut S2.

Saya menyukai pekerjaan saya dan segala keajaiban yang telah dihantarkan Allah didalamnya. Tapi hidup harus berlanjut. Saya perlu sesuatu yang lebih untuk mencapai jenjang S2 dengan biaya mandiri termasuk biaya hidup dan segala tetek bengeknya. Mama, Papa saya masih mampu, tapi saya yang lantas malu. Bekal S1 dan segenapnya cukup dan teramat berlebihan bagi saya. Hidup saya selanjutnya adalah biar hanya bergantung pada apa yang saya upayakan sendiri. 

Make A Wish

Selasa, 25 November 2014

-Maya Nyata-


Aha..
Saya jadi gandrung nge-blog akhir-akhir ini.
Cukup waw juga ketika melihat list November saya yang ternyata sudah menginjak post ke-12. Yep. Biasanya sebulan saya hanya posting 1, 2, 3 tulisan dan lagi-lagi.. tulisan abstrak nan tidak penting yang penuh sajak, mendayu-dayu dan apalah itu namanya.

Saya memang kurang PD bercerita. Bercerita apapun terkait apa yang saya lakukan. Tapi saya sedang ingin berbagi, hari ini. Membagi sisi hidup saya. Jujur saja sebenarnya saya kurang suka begitu kritis dan ceriwis di media sosial. Bukan mengapa, hanya mungkin saya terlalu takut berhadapan dengan apa itu yang disebut ceracau dari banyak pemikiran. Media sosial, bagi saya memang biar hanya jadi media penipuan saja. Media maya yang tidak perlu sibuk diaduk dengan susah senang nyata yang saya terima. Media yang bagi saya biar hanya jadi sisi sastra amatir yang tidak perlu didengar, dimengerti ataupun dikomentari begitu detail. 

Jangan salah. Saya tidak se-ter-tutup itu. Kalau anda mengenal saya secara nyata. Mungkin hanya dengan memandang lelaku saya, anda pasti bisa menebak saya sedang jatuh cinta dengan siapa, sedang merindui apa, apakah nyaman ataukah enggan.. ah, saya memang tidak pandai menipu apalagi tipuan-tipuan yang berbau perasaan. 

Hanya saja dalam konteks maya, saya lebih hati-hati. Karena tidak semua orang "mau tahu" siapa saya. Ya, karena tidak semua orang. Hanya beberapa orang. Hanya beberapa saja.. 

Minggu, 23 November 2014

BERKEMAS

22 Tahun.
Tidak terasa, ya?
Kemudian perasaan takut itu menyergap.
Takut kehilangan, takut memulai dan gamang.
Tapi harus!!
Sekiranya ternyata saya terlalu nyenyak..
Dan saatnya bangun..
Berkemas.
Saya hanya masih sedang..
Mengumpulkan TEKAD.
Allah ya Rabb.. 

Bismillah

Sabtu, 22 November 2014

Sisi, Sosok, Si "Mbk Ar"


Mbak Ar and her wild pet. :D

Mengenal, berkenalan, sebatas kenal. Perkenalan itu singkat, terbilang cukup melekat dan sempat mengurai gurat. Awalnya saya hanyalah manusia "baru" dalam dunia per-kuter-an. Mbak Vera Astanti yang banyak berjasa atas itu. Saya mengenal kuter sejak sekitar tahun 2012 dan semakin kesini memang saya semakin kurang produktif lagi berkelana di dunia yang banyak memberi "pemberian" itu. Mengenai perkenalan saya dengan mbak Ar, sosok mbak Vera pula yang berada di balik skenarionya. Kala itu saya masih terbilang alay, sekarang malah semakin alay kelihatannya.. dengan menggunakan satu akun FB yang sama dengan pacar saya. Kebetulan nama akun itu memang menggunakan nama dan identitas "cowok" tapi asli isinya "cewek" bingit karena sering banyak sayanya yang posting.. berasa akun waria kan ya? hehehe.. ::evil laugh::.

Jadi kala itu, seperti hobi mbak Ar yang hobi berburu, berbagi dan membagi hadiah, tersiarlah kabar Give Away yang diadakan mbak Ar. Seingat saya, blog mbak Ar dulu masih bernuansa kuning ramai, banyak iklan dan jelas banyak tulisannya juga dong. Nah, mendaftarlah saya sebagai salah satu peserta GA-nya mbak Ar. Seperti biasa, saya orangnya suka kepo, bersikap manis dibalik udang eeeaaa dan SKSD sama si empu pembuat hadiah dengan tujuan modus. Tahukan modusnya? iya dong biar dimenangin. Hahaha. Mungkin dari itu kemudian saya mendapat kejutan "ketus" dari mbak Ar, saya sudah lupa bagaimana kata-katanya saat mengomentari komentar SKSD saya di akun FB-nya tapi yang pasti kemudian saya banyak cerita ke mbak Ve soal mbak Ar yang katanya mbak Ve itu baik tapi kok ternyata "menyeramkan". Mbak Ve sempat heran dan berkata itu mustahil, tapi setelah saya tunjukkan beberapa bukti, mbak Ve kemudian beralasan.. "Mbak Tha memang suka jutek gitu sama cowok, mungkin kamu dikira cowok, soalnya kan nama akun FB kamu itu cowok banget." 

Benar saja, setelah FB lama membelah dua menemukan jati diri mana yang laki mana yang bini, sikap mbak Ar ternyata tidak semenyeramkan yang saya kira. Mbak Ar, sejauh yang saya tahu memang banyak diidolakan banyak kuter sih, salah banyaknya ya ada Intan, Mbak Ve, Rifky dan semuanya dan semuanya termasuk saya yang suka jadi silent reader di hampir setiap updatenya baik blog maupun FB. hihi. Jadi nggak kaget juga kalau mbak Ar dapat sebutan Ratu Kuter karena memang point LUCKY nya berpijar banget. Mungkin ini juga jadi salah satu mukjizat "dalam memberi kita menerima" buktinya mbak Ar rajin bikin GA jadi makin rajin ditukar juga dengan hadiah yang lain mulai dari HP, pulsa, speaker, voucher belanja gratis dan banyak deh pokoknya. 

Saya tidak tahu pasti apa yang terjadi pada kehidupan pribadi mbak Ar, tapi dari beberapa statusnya bahkan status yang masih jaman FB nya mbak Ar belum sempat hibernasi dan hilang lenyap tapi lantas muncul lagi, saya sedikit banyak tahu tentang mbak Ar. Tentang sebetapa cintanya mbk Ar sama mas Li yang berada jauh di kota antah berantah karena serius saya nggak tahu mas Li sedang ada dimana. hehe. Mbak Ar setia banget, mungkin karena mas Li memang punya sisi yang selama ini banyak dirindukan mbak Ar kali ya, yaitu sisi pemimpin, kebapakkan dan tempat mencari perlindungan, ih sok tau banget ya saya. :D 

Mbak Ar habis panen kucing. Banyak kan kucingnya.. lucu-lucu pula.

Bisa dilihat sih, dari beberapa postingan mbak Ar, mbak Ar sejauh ini memang sepertinya punya masalah keluarga yang membuat mbak Ar kadang mesti bersikap kuat walau sebenarnya sepertinya nyesek banget. Tapi begitulah mbak Ar, tegar, tetap produktif, ceria dan ambisius. Sikap ambisius inilah yang membuat mbak Ar jadi perempuan yang nggak mudah nyerah apalagi soal nakhlukin posisi CPNS. Mbak Ar punya sensasi juang yang tinggi, semangat berbagi yang tinggi dan juga kasih sayang yang tinggi. Itu mengapa mbak Ar sanggup melihara banyak kucing sekaligus punya hobi antimainstream dengan memelihara burung hantu. Mbak Ar juga super sayang sama mamanya. Mbak Ar sepertinya juga sudah banyak makan asam garam tentang ilmu ikhlas. Serius deh, kehilangan motor itu bukan hal sepele lo, tapi juga bukan berarti akhir dunia. Semoga semua peristiwa yang sedang dihadapi mbak Ar kedepannya bisa membuat mbak Ar lebih sabar dan ikhlas lagi ya.. semakin dekat dengan Allah SWT dan semakin sayang mama. Kalau soal sayang mama mah, saya nggak sangsi deh. Mbak Ar juara.

Jadi kalau ditanya 3 hal tentang mbak Ar, saya hanya bisa jawab kalau mbak Ar itu:
1. Tegar
2. Ambisius
3. Dan tapi kantung matanya gak bisa bohong. Entah karna kurang tidur atau sering nangis. hehe.

Hidup kadang tidak selalu baik, kita juga tidak melulu bisa jadi orang baik tapi setidaknya kita harus berusaha lebih baik. Semangat mbak Ar!!

Mau kenalan sama argalitha, 
ikutan aja giveaway di www.argalitha.pw

Jumat, 21 November 2014

TAPI SAAT..



"Kenapa aku tidak pernah kau puji?"
"Biar terbiasa tidak berharap apapun sekalipun pujian yang bisa melalaikan."
"Tapi jika begitu, kenapa aku selalu kau kritisi?"
"Biar terbiasa kuat, tidak cengeng dan rapuh."
"Tapi itu tidak seimbang namanya, membiasakan orang mati koma tapi tidak pernah memberi hidup."
***

Membaca, menulis dan menuai..
Sebegitu seterus yang aku tahu. Perlahan aku rapuh tapi kadang ingin tetap gigih berjuang. Membuktikan.. dan jatuh tersungkur dan bangkit, tertatih. Adalah perih yang terekam di sela usaha yang kemudian mengembang lantas ditembak mati terjun tanpa payung. 

Selera dan cara pandang dan bahkan mungkin kualitas, kapasitas atau apalah itu yang kemudian menjadikan kita tidak se-kasta. Kalau aku suka metropop dan kau penggemar karya nobel, apakah salah? Tapi kita tidak sepaham. Itu masalahnya.. KITA TIDAK SEPAHAM. Atau aku bersikukuh mengikuti caramu sedang batinku tak setuju, atau caramu membuatku mengerti adalah hal yang sulit kumengerti. Dan semua ini sungguh melelahkan. Tiba-tiba aku benci baca, puitika dan rasionalitas jika itu melulu membahas tentang isi, pemikiran rumit dan ilmu sastraisme yang kau agung-agungkan. Tidak bisakah kita bersenang-senang dengan apa yang kita suka? 

Aku ingin membaca dengan sederhana. Menghargai setiap karya. Jangan cela. Jangan pula sisakan ejek. Jika kau ingin mengajakku melihat apa yang baik bagimu, sesekali bagikan saja permen manis dan bukan melulu cabai pedas. Bisakan? Aku ini rapuh, tuan. Jika kau hantam, aku pasti langsung mati. Tapi aku masih ingin hidup. Itu mengapa aku terlalu lama koma. Kau tahu apa artinya? Koma? Hidup tanpa kepastian. Berbuat saja tidak tapi mati juga teramat enggan. Jika kau terus membuatku koma, bagaimana aku bisa mencipta karya?

Aku diam disini. Disela sisi tulisan yang baru saja kau maki. Katamu hidup yang baik bagiku adalah terus mendengar kritik. Tapi jiwaku terlalu ngilu, tuan. Bisakah kau sisakan pujian disekian banyak kata burukmu? Aku sungguh tidak bisa terus hidup dalam dendam. Mendendamimu dengan segala pembuktian. Aku pelan-pelan takut jika bukti itu sendiri, nantinya hilang dan tak pernah kutemukan. Aku juga tidak bisa berlama-lama hidup berselimut takut nan kutuk. Jadi berbaik hatilah, sebaik hati kau saat sibuk mendengar. Sebentar saja dengarkan aku dan segenap ejaku yang terpatah, bukan melulu si syahdu yang fasih lagi sudah hebat. 

Asal kau tau, tuan.
Sungguh aku susah payah hadapi jengah.
Tapi saat..
Suatu ketika nanti..
Ajaibmu menuntun kau tuk berucap ramah..
Aku seolah sedia hidup lebih lama lagi..
Bersedia hidup..
Lebih lama lagi..
Sungguh.

Kamis, 20 November 2014

MEMBUNUH CINTA

Dan untuk kesekian kalinya sudah.. 
Hingga hari berganti jati diri
Mengubah waktu
Menenggelamkan segenap ego 
Mencekat sakit
Memeluknya sendiri

Pria itu masih saja angkuh
Bersikeras tidak mau mengaku

Bukan padaku 
Tapi pada -hidup- yang ditolaknya hidup-hidup
Sesekali aku coba mengucapkan apa yang sulit diucapkan olehnya
Dan sekali lagi aku lihat raut wajahnya menegang
Menolak

Sekiranya
Sejauh mata pandangku
Aku tidak tahu seperti apa cinta yang mati-matian itu
Dalam balut keperempuanku 
Ketidakpuasan akan ini membuat aku gila
Membuatku ingin berjuang
Padahal sejauh ini
Aku ingin diperjuangkan

Untuk ucap yang tersekat itu
Adakah kiranya kau simpan bangga atasku?
Atau jika aku pamrih
Pada sebuah prosesi yang mungkin "sengaja" kau lupakan
Pernahkah kau simpan rindu
Akan aku?
Akan segala burukku yang teramat
Atau adakah
Aku yang baik
Disudut kronik
Disela alim jiwa raga yang mungkin aku tak punya
Yang ingin kau jumpa lagi dalam nyata?

Aku selalu
Sejauh ini menyukaimu
Selalu
Sejauh ini menyukaimu
Selalu 
Sejauh ini menyukaimu

Dan kecewa yang kupendam diam-diam
Baiklah..
Lupakan saja tiup lilin
Semoga semudah melupakanku
Tapi...
Jika nanti aku lupa

Melupakan sesuatu
Ingat saja aku pernah bergitu cinta
KAU! 

Minggu, 16 November 2014

NAIF "CINTA UNTUKNYA" ft Larik SEGORES


Hujan di mata api
Setelah sekian kalimat lenyap
Dan fonem beradu samar

Disamarkan

Kuas merapal titik sedih 
Pada lekuk jatuh air yang merayapi jendela
Dan embun menggigil dingin
Aku kesepian
Kau?



F# F#Maj7 B C# 

F#               F#Maj7 
Setelah sekian lama  
F#7             B 
kita hidup bersama 
G#m            C#            F# 
Menjadi sebuah kisah yang hampa 

F#             F#Maj7 
bagaimana jadinya  
F#7              B 
andai semua ku buka 
G#m            C#         F# 
Berdosakah aku bila ternyata 
G#m                C#        F#  F#7 
Ku tak pernah bisa cinta padanya 

[chorus] 
B                C# 
Andai ku bisa mencari cinta 
F#                D# 
Untuk ku persembahkan padanya 
G#m               C#       F# F#7 
Kan ku berikan semua yang ada 
B                C# 
Dimanakah kan ku cari cinta 
A#m               D# 
Yang seharusnya jadi miliknya 
G#m            C# 
Berdosalah aku bila  
G#m                 C#          F# 
Ku tak pernah punya cinta untuknya 

[solo] C#m F# C#m F# 
       C#m B Bm 

F#             F#Maj7 
bagaimana jadinya  
F#7              B 
andai semua ku buka 
G#m            C# 
Berdosalah aku bila  
G#m                 C#          F# 
Ku tak pernah punya cinta untuknya 

[chorus] 
B                C# 
Andai ku bisa mencari cinta 
F#                D# 
Untuk ku persembahkan padanya 
G#m               C#       F# F#7 
Kan ku berikan semua yang ada 
B                C# 
Dimanakah kan ku cari cinta 
A#m               D# 
Yang seharusnya jadi miliknya 
G#m            C# 
Berdosalah aku bila  
G#m            C# 
Berdosalah aku bila  
G#m                 C#          F# 
Ku tak pernah punya cinta untuknya 

TEDUH

Sepertiga rumput
meringkuk sendu
gemetar
dingin
berpayung air

Seperempat matahari
mengintip
mengutip
menitip senja
di ujung remang
kelam


Selusin teduh
sejuk
sepi
sunyi
lengang

Sabtu, 15 November 2014

SURAMADU, SUrga RAhasia, MAgnet DUnia

Pemandangan Jembatan Suramadu menjelang senja.
(Picture taken by: Faisol Abidin)

SURAMADU. Begitu nama jembatan nasional terpanjang di Indonesia ini diperkenalkan. Sejak diresmikan pada 10 Juni 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (sumber: http://plat-m.com/lombablogbpws/), Suramadu seakan menjadi gerbang yang menjembatani segala keterbatasan waktu dan tempat khususnya bagi warga masyarakat Surabaya-Madura untuk lebih mampu berkembang dalam segala sektor. Jembatan nasional inilah yang menjadi harapan baru agar kemudian terjalin hubungan simbiosis mutualisme baik antar daerah, propinsi maupun antar negara. Lantas, langkah apa saja yang perlu dilakukan demi tercapainya tujuan tersebut?

Suramadu yang merupakan sebuah nama gabungan dari Surabaya dan Madura semestinya memiliki gabungan kekuatan juga untuk berkembang. Maka dengan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah, bukan hal yang mustahil bagi pemerintah Surabaya maupun Madura untuk menjalin kerjasama demi mewujudkan Suramadu yang lebih produktif dan bermanfaat serta tidak hanya berfungsi sebagai jalan pintas antar pulau seperti yang telah berlangsung selama ini.

Pemandangan sampah di pesisir pantai sekitar Jembatan Suramadu.
(Picture taken by: Faisol Abidin)

Minggu, 09 November 2014

DEMAM AADC


Aku harus memanggilmu dengan nama manis apa lagi hari ini? 
atau...
Kau ingin dengar aku memanggilmu dengan nama apa hari ini, darl?

November,
Rasanya semakin jauh.. 
Seperti saat aku pulang dan menemuimu dalam bayang.
Aku kecewa tapi apa yang kukecewakan?
Kita bahkan tidak sedang berjanji.
Tidak ada yang kau ingkari.
Aku datang juga atas sadar diri.
Tapi kau tidak ada.
Ada yang tidak lengkap.
Ada yang berharap.
Ada aku..
Dan kosong.

Hari ini hujan. Kau tahu?
Pikiran kita (atau mungkin hanya aku), telah jauh meninggalkan titik rasional.
Diluar sedang riuh berbicara tentang 60ribu harga cabai.
Tapi kita malah asik berdendang "Bimbang" tanpa ada beban.
Kau pikir, darl... apa cinta saja cukup?
Dan sajak-sajak.
Dan malam.
Dan terjaga.
Dan apakah pikiranmu itu pernah..
Sekali saja menyentuh titik sadar..
Bahwa kita sedang dalam hidup yang fana lagi nyata.
Bukan sandiwara.

Diakui saja..
Jiwa mungkin saja ternyata haus puisi.
Tapi raga masih selalu butuh nutrisi.
Kau sudah makan hari ini?
Makan apa?
Nasi?
Atau..
Lagi-lagi PUISI?
Oh, darl!!!! 

Jumat, 07 November 2014

GANG SIDODADI, KELURAHAN SUMBANG MENUJU BOJONEGORO ASRI NAN CEMERLANG.


Gang Sidodadi, Kelurahan Sumbang, Bojonegoro.

Bapak-bapak warga gang Sidodadi berkumpul
di serambi masjid.

Ketua RT 08 dan perangkat Desa Kelurahan Sumbang.

Hari ini, Jum'at, 07 November 2014 tepat jam 06.00 WIB seluruh perangkat desa Kelurahan Sumbang dan bapak-bapak warga gang Sododadi yang meliputi warga RT 08, RT 09 dan RT 10 berkumpul di halaman masjid setelah panitia pelaksana mengumandangkan pengumuman lewat TOA masjid terkait pelaksanaan kegiatan kerja bakti . Kegiatan kerja bakti ini merupakan agenda bulanan warga yang biasanya diadakan pada hari Minggu pagi saat sebagian besar warga libur dari pekerjaan rutin mereka di hari sibuk Senin hingga Sabtu. Namun dikarenakan perangkat desa Kelurahan Sumbang dan beberapa pejabat daerah dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) turut serta dalam agenda kerja bakti ini maka disetujuilah hari Jum’at ini sebagai agenda Jum’at Bersih.

Kamis, 06 November 2014

ORISINALITAS BENGAWAN BOJONEGORO TANPA “SOLO”


Pemandangan Bengawan Bojonegoro
di musim kemarau tahun ini

Menghadirkan sesuatu yang baru tanpa meninggalkan akar dari hal itu sendiri adalah ibarat mengenakan pakaian musim dingin di daerah Gurun Sahara. Aneh, tapi perlu dicoba. Masyarakat dewasa ini terlalu mainstream mengenal bengawan yang mengarak aliran air dari Solo ini dengan sebutan bahasa ibu "Bengawan Solo", padahal dalam tata letak, aliran bengawan ini juga telah memasuki daerah territorial Bojonegoro dan banyak wilayah lainnya. Jadi apabila dikemudian hari nama bengawan ini berkembang semakin luas terkait dengan daerah-daerah yang dilalui alirannya, semoga tidak menimbulkan masalah.

Bengawan Bojonegoro, demikian nama panggilan yang kini mulai diperkenalkan di telinga masyarakat umum adalah bengawan yang tidak bisa dipisah lepaskan akan kaitan dan andil besarnya bagi masyarakat khususnya masyarakat Bojonegoro. Bengawan yang dalam masanya pernah memeriahkan prosesi sedekah bumi ini memang sekiranya perlu mendapat perlakuan khusus sebagaimana bengawan itu sendiri telah berbagi berkah pun sekaligus musibah dalam keberadaannya.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pada musim-musim tertentu, luapan air dari aliran bengawan ini adalah hal yang perlu diwaspadai namun juga diakrabi. Tidak jarang pula bahwa dampak penyakit, kematian dan kerugian materi menjadi pendamping setia dari rentetan musibah banjir luberan air bengawan yang meresahkan warga. Namun demikian, rasa cinta masayarakat Bojonegoro terhadap bengawan atau mungkin pada tanah kelahiran mereka, Bojonegoro, lebih besar dari rasa takut mereka akan segala kemungkinan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya warga sekitar bengawan yang masih memilih bertahan hidup berdampingan dengan bengawan.

Sabtu, 01 November 2014

SINDIKAT BACA, ATAS ANGIN DAN MEMBACA PUISI



Sumpah Pemuda.
Rumah baca sibuk menyumpahi hari itu sebagai bentuk kesepakatan.
Biar kuingat tanggal mainnya, catat baik-baik di kepalamu "28 Oktober 2014" dan apa yang terjadi?





Membaca Puisi dan pentas segala rupa telah di helat.
Begitu khidmat, begitu nikmat.
Dan kebersamaan dan bersitegang dan lepas kenang.

Seandainya kau ada disana kawan,
mungkin bisa kau jadi saksi akan datangnya seorang penting seperti:
Heri Hendrayana Haris dan pemuda-pemuda lain yang sama pentingnya.

Kau akan mendengar gumam puisi, senandung patah hati, tawa sorak sorai, riuh gaduh dan tabuh.
Kau akan bisa membeda antara Timur dan Tulus yang sama-sama ber-BUDI dan kau akan banyak mengenang tentang malam dimana mendung urung berkunjung.

Aku tidak bisa menulis banyak. Juga tak pandai bercerita ulang, tapi aku bisa mengarang kata. Hanya saja kejadian nyata bukan hal yang patut untuk dikarang. Jadi, sekelumit ini semoga bisa mengingatkan lagi tentang yang telah terjadi. Tentang kunjungan Gol A Gong, tentang Timur Budi Raja, tentangmu, aku, kita dan BACA!.
Salam.

Minggu, 26 Oktober 2014

Have I told you lately that I Love You, BOJONEGORO!

Apa yang bisa saya banggakan dari Bojonegoro? 
Kota kecil tanpa PTN, tanpa mall tenar bahkan tanpa gedung bioskop.
Apa yang bisa saya banggakan dari Bojonegoro?
Minim tempat wisata, tidak ada KFC apalagi MD.
Dan tapi kemudian, saya bersyukur..


Bersyukur bahwa dari Bojonegoro saya tidak perlu tertekan menjadi korban mode fashion dan segala bentuk agenda menghambur uang untuk sekedar pergi ke bioskop, untuk makan siang di KFC dan atau malah sebaliknya, saya tidak perlu membuang uang karena di Bojonegoro saya belajar seni mencetak uang. 

Bersama Ibu Bupati, Mahfidhoh Suyoto

"Lebih baik menjadi ratu di kerajaan kecil, daripada menjadi pembantu di kerajaan besar."
Pesan dari Bu Sri guru Matematika di SMP saya nun jauh di Madiun sana, terngiang dan jadi salah satu semangat saya ketika rapuh itu datang. Dulu saya tidak bangga sama sekali dengan bangku pendidikan yang saya anyam di IKIP PGRI Bojonegoro. Dulu saya tidak bangga sama sekali dengan logat "-leh", "-je" dan segala bentuk kedaerah yang ada di Bojonegoro. Dulu saya benar-benar tidak bangga sama sekali berada di kota kecil ini, kota yang tidak setenar Jakarta, Malang, Jogja atau minim Surabaya-lah. Dan kini saya insyafi semua itu dengan apa yang telah banyak di beri Bojonegoro pada hidup saya.