Di titik ini,
aku ingin mencatat
Sekedar
mencatat secuil berkas ingat:
Sarah,
Putri
pertamaku, tengkurap sempurna dengan jerih payahnya sendiri tepat ketika
usianya menginjak 3 bulan lebih 7 hari. Tertanggal 14 Maret 2016 dan kala itu
magrib. Kemudian ia mulai mampu mendongak dan menahan beban tubuh atasnya
dengan kedua tangan ketika tengkurap. Sejak itu ia menyukai gaya mandi
tengkurap dan gerakan kaki yang berkecipak.
01 Juni di
tahun yang sama, ia berhasil mengangkat pantat dan bersiap merangkak. Sejauh
ini ia masih mencoba. Sama seperti ketika ia telah mampu melampaui yang
sudah-sudah. Mengucapkan beberapa patah kata, "mamama",
"maem", "mbah", "yah", "tatata" dan
entah apalagi nanti.
Aku menikmati
setiap waktuku dengannya. Ia cantik. Lesung pipinya manis sekali. Ia
berkedip-kedip, memberi senyum atau terkadang turut menautkan kedua alisnya
ketika menatapku sambari menyusu. Ia cerdas dan supel. Ia sangat sering
tersenyum kepada siapa saja, dan hampir selalu mau diajak siapapun yang
berusaha menarik perhatiannya. Tentu itu tidak berlaku jika ia mengantuk.
Sarah,
Putri kecilku,
ia bermasalah dengan susu formula.
Ia telah
melewati fase ASI eksklusif dan kala itu hampir Ramadhan. Aku bersiap
memperkenalkan lidahnya dengan beraneka rasa asing yang tentu baru ia coba.
Awalnya, kupikir susu formula akan banyak membantu mengatasi rasa hausnya
ketika kelak aku berpuasa. Sedang mungkin ASI-ku tidak berkapasitas seperti
biasa. Ternyata tidak. Aku salah. Sarah muntah parah, tubuhnya timbul bercak
merah. Segera kutemui bidan, mencari obat, berkonsultasi dan hasilnya.. kini
puasaku hampir tuntas, putriku ternyata begitu cerdas. Aku memberinya MP-ASI,
mencicipinya air putih, mengenalkannya beraneka rasa buah dan ia begitu
bahagia.
Sarah,
Ia mengajariku
banyak. Salah satunya adalah belajar percaya.
Percaya bahwa
ketika kamu memiliki "bayi", rumahmu akan tetap rapi.
Percaya bahwa
ketika kamu memiliki "bayi", kebutuhanmu akan tetap tercukupi.
Percaya bahwa
ketika kamu memiliki "bayi", suamimu akan setia mendampingi.
Percaya bahwa
ketika kamu memiliki "bayi", semua akan tetap mampu teratasi.
Ya,
Sarah
membuatku percaya, bahwa ia juga layak untuk dipercayai. Aku harus percaya
bahwa ia sehat, ia mampu, ia cerdas, ia baik, ia sholehah dan ia menyayangiku.
Seperti halnya Allah memberi kepercayaan padaku bahwa aku mampu menjadi ibu
yang (semoga) baik untuk Sarah.
Ini semua
membuatku semakin percaya, bahwa apa yang kita percayai, secara tidak sadar
akan terwujud nyata dan sama seperti. Sungguh, Allah Maha Baik.
"Nak,
orang lain berhak meragukanmu,
itu tidak masalah
yang terpenting
JANGAN PERNAH MERAGUKAN DIRI DAN KEMAMPUANMU SENDIRI
Sarah BISA, Sarah anak yang BAIK, Sarah anak
yang CERDAS, Sarah anak SHOLEHAH.
Mama sayang SARAH banget!!!!!"