Sabtu, 25 Juni 2016

TENTANG SENI MEMPERCAYAI



Di titik ini, aku ingin mencatat
Sekedar mencatat secuil berkas ingat:

Sarah,
Putri pertamaku, tengkurap sempurna dengan jerih payahnya sendiri tepat ketika usianya menginjak 3 bulan lebih 7 hari. Tertanggal 14 Maret 2016 dan kala itu magrib. Kemudian ia mulai mampu mendongak dan menahan beban tubuh atasnya dengan kedua tangan ketika tengkurap. Sejak itu ia menyukai gaya mandi tengkurap dan gerakan kaki yang berkecipak.

01 Juni di tahun yang sama, ia berhasil mengangkat pantat dan bersiap merangkak. Sejauh ini ia masih mencoba. Sama seperti ketika ia telah mampu melampaui yang sudah-sudah. Mengucapkan beberapa patah kata, "mamama", "maem", "mbah", "yah", "tatata" dan entah apalagi nanti.
Aku menikmati setiap waktuku dengannya. Ia cantik. Lesung pipinya manis sekali. Ia berkedip-kedip, memberi senyum atau terkadang turut menautkan kedua alisnya ketika menatapku sambari menyusu. Ia cerdas dan supel. Ia sangat sering tersenyum kepada siapa saja, dan hampir selalu mau diajak siapapun yang berusaha menarik perhatiannya. Tentu itu tidak berlaku jika ia mengantuk.

Sarah,
Putri kecilku, ia bermasalah dengan susu formula.
Ia telah melewati fase ASI eksklusif dan kala itu hampir Ramadhan. Aku bersiap memperkenalkan lidahnya dengan beraneka rasa asing yang tentu baru ia coba. Awalnya, kupikir susu formula akan banyak membantu mengatasi rasa hausnya ketika kelak aku berpuasa. Sedang mungkin ASI-ku tidak berkapasitas seperti biasa. Ternyata tidak. Aku salah. Sarah muntah parah, tubuhnya timbul bercak merah. Segera kutemui bidan, mencari obat, berkonsultasi dan hasilnya.. kini puasaku hampir tuntas, putriku ternyata begitu cerdas. Aku memberinya MP-ASI, mencicipinya air putih, mengenalkannya beraneka rasa buah dan ia begitu bahagia.

Sarah,
Ia mengajariku banyak. Salah satunya adalah belajar percaya.
Percaya bahwa ketika kamu memiliki "bayi", rumahmu akan tetap rapi.
Percaya bahwa ketika kamu memiliki "bayi", kebutuhanmu akan tetap tercukupi.
Percaya bahwa ketika kamu memiliki "bayi", suamimu akan setia mendampingi.
Percaya bahwa ketika kamu memiliki "bayi", semua akan tetap mampu teratasi.
Ya,
Sarah membuatku percaya, bahwa ia juga layak untuk dipercayai. Aku harus percaya bahwa ia sehat, ia mampu, ia cerdas, ia baik, ia sholehah dan ia menyayangiku. Seperti halnya Allah memberi kepercayaan padaku bahwa aku mampu menjadi ibu yang (semoga) baik untuk Sarah.

Ini semua membuatku semakin percaya, bahwa apa yang kita percayai, secara tidak sadar akan terwujud nyata dan sama seperti. Sungguh, Allah Maha Baik.

"Nak,
orang lain berhak meragukanmu,
itu tidak masalah
yang terpenting
JANGAN PERNAH MERAGUKAN  DIRI DAN KEMAMPUANMU SENDIRI
Sarah BISA, Sarah anak yang BAIK, Sarah anak yang CERDAS, Sarah anak SHOLEHAH.
Mama sayang SARAH banget!!!!!"