Kamis, 15 Oktober 2015

BOJONEGORO BERBUDAYA SENI SASTRA, BOJONEGORO MENDUNIA

Doc. Burhanuddin Joe

Bojonegoro smangat berbenah
Bojonegoro tak henti berkarya
Bojonegoro semua pasti suka
Bojonegoro matoh...
(Penggalan lirik Bojonegoro Matoh - Kang Yoto)

Tahun ini, dunia seni budaya Bojonegoro penuh warna. Sempat dirundung kabar duka di akhir April dengan meninggalnya salah satu seniman terbaik, almarhum KGPHH Masnoen yang merupakan pelestari budaya Sandur Bojonegoro sekaligus pegiat seni yang banyak mencetak generasi seniman di Sanggar Laboraturium Sayap Jendela, bulan ini duka tersebut terselimuti prestasi membanggakan. Sosok eyang J.F.X Hoery, budayawan ternama yang aktif pada forum PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro) kembali menerima penghargaan langsung dari Gubernur Jawa Timur sebagai Pelestari Budaya dalam kesempatan upacara Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke-70 pada Senin, 12 Oktober 2015. Sebelumnya, eyang Hoery yang mansyur dengan ratusan karya sastra Jawanya baik berupa cerkak (cerita pendek) dan geguritan (puisi) ini pernah pula meraih penghargaan bergengsi sastra daerah, Rancage di tahun 2004. Dua sosok seniman sekaligus budayawan ini adalah contoh krontributor nyata yang bergerak berdasarkan kecintaannya untuk melestarikan budaya seni dan sastra Bojonegoro.

Bojonegoro!!

Daerah ini terkenal dengan begitu banyak potensi yang dimilikinya. Potensi sumber daya minyak Gayam-Wonocolo, hasil panen bawang merah Kedungadem, wisata alam Khayangan Api, Waduk Pacal, Kebun Belimbing termasuk juga potensi Batik Bojonegoro. Namun, diantara potensi-potensi tersebut, adat budaya adalah salah satu potensi yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pengembangannya untuk dapat mengantar Bojonegoro lebih terkenal tidak hanya di kancah daerah tapi bahkan kancah dunia. Budaya hidup sehat, tertib lalu lintas, peduli lingkungan, gotong royong, sopan santun adalah beberapa contoh budaya yang hendaknya memang disadari secara personal oleh masyarakat. Sedangkan budaya yang perlu dilestarikan dengan cara saling bersinergi antar lapisan masyarakat untuk dapat mencapai tujuan go nasional atau bahkan go internasional diantaranya adalah budaya Bojonegoro membaca, bersastra dan berkesenian!.

Budaya baca yang berkaitan erat dengan dunia sastra di Bojonegoro banyak disuarakan oleh berbagai pihak baik secara perseorangan maupun dalam bentuk satuan komunitas. Beberapa LSM yang bergerak di bidang literasi juga kian banyak bermunculan. Sebut saja Sindikat Baca, Lesung, Atas Angin, Langit Tobo, Sinergi dan masih banyak lagi komunitas literasi lainnya yang begitu aktif melestarikan budaya ini. Pada umumnya, sasaran komunitas ini adalah untuk melestarikan budaya baca dalam cakupan lingkungan setempat. Hal ini perlu karena membaca adalah standart umum bagi manusia untuk memperluas wawasan yang otomatis berpengaruh pada kemajuan pola pikir terlebih dalam menghadapi persaingan di era modern yang serba canggih. Kebiasaan membaca biasanya akan berlanjut pada kegemaran seseorang untuk menulis. Menulis. Ya, menulis apa saja termasuk pendapat, ide, gagasan pemikiran, saran, kritik dan berbagai hal positif lainnya yang banyak diperlukan baik untuk kemajuan dirinya sendiri, kelompok atau bahkan masyarakat luas.


Doc. Shinta Ar

Dilain sisi, budaya seni juga mendapat tempat tersendiri dalam tatanan masyarakat Bojonegoro. Seni dianggap tidak hanya bersifat sebagai hiburan namun juga penyeimbang jiwa. Sayap Jendela merupakan salah satu wadah yang banyak mencetak generasi dengan berbagai macam jenis keahlian seni mulai dari teater, menggambar, memahat, musik, tari hingga fotografi. Pementasan teater, pameran karya dan tampilan musik dalam komunitas ini biasanya diagendakan dalam MLSJ (Malam Laboraturium Sayap Jendela). Beriringan dengan itu, ada juga jenis kesenian lain yang masih dijaga kelestariannya oleh masyarakat Bojonegoro seperti Tayuban, Sandur, Jaranan, Oklik dan musik keroncong. Pentas komunitas keroncong yang ada di Bojonegoro sendiri dapat dinikmati secara gratis di tribun alun-alun Bojonegoro di waktu-waktu tertentu. Dalam perjalanannya, komunitas keroncong Bojonegoro telah sukses mengadakan parade keroncong nusantara bersama komunitas keroncong lain dari beberapa daerah seperti Surabaya, Rembang, Tuban dan Jatirogo pada Sabtu, 10 Oktober 2015 lalu.


Sandur Kembang Desa Bojonegoro (Doc. Qodri R)

OKB (Orkes Keroncong Baru) -Doc. Shinta Ar-

Kesenian Oklik Bojonegoro (Doc. Qodri R.)

Pameran Seni MLSJ (Doc. Shinta Ar)

Saat ini budaya membaca dan berkesenian yang ada di Bojonegoro tengah berkembang dalam balutan Purnama Sastra. Purnama Sastra adalah wadah eksplorasi ekspresi bagi penikmat seni dan sastra untuk menunjukkan kebolehannya baik dalam pembacaan puisi, cerpen, teater bahkan tampilan musik. Kegiatan ini sempat menjadi ajang dialog seni budaya pada Februari 2015 lalu, dengan menghadirkan beberapa tokoh masyarakat diantaranya bapak Bupati Bojonegoro Drs. H. Suyoto, M.Si, Komisi III DPRI RI, Remy Sylado dan seniman sekaligus wartawan, Bapak Yusuf yang kini aktif berkegiatan di Jakarta. Selain itu, agenda Festival Bengawan Bojonegoro yang telah berjalan 2 tahun belakangan di setiap perayaan Hari Jadi Bojonegoro juga merupakan salah satu upaya pemerintah bersama seniman, sastrawan dan budayawan Bojonegoro untuk memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya seni dan sastra di kalangan masyarakat dengan nuansa yang lebih merakyat.


Doc. Shinta Ar

Pengembangan pelestarian budaya baca, seni dan sastra kiranya dapat diupayakan lebih agar manfaatnya tidak hanya dapat dirasakan oleh warga Bojonegoro namun juga dunia. Upaya yang dapat ditempuh pemerintah, sastrawan, seniman beserta campur tangan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut  misalnya:
  • 1. Pembangunan fasilitas ruang baca secara lebih artistik dan menyeluruh (misalnya di terminal, rumah sakit, bank dan lain-lain) desertai dengan pengadaan buku bacaan yang lebih variatif.
  • 2. Pengadaan lomba menulis, bekerja sama dengan penerbit nasional ternama sehingga hasil karya terbaik dari peserta dapat dibukukan dan dipasarkan secara lebih meluas disamping digunakan sebagai arsip daerah.
  • 3. Pengadaan forum resmi yang berada di bawah bendera seni dan sastra untuk mewadahi jalinan silaturahmi sekaligus sebagai ajang pertemuan rutin perwakilan komunitas seni dan sastra di Bojonegoro guna berbagi pemikiran dalam melestarikan dan mengembangkan budaya baca, seni dan sastra.
  • 4. Pengadaan festival seni Sandur Bojonegoro berskala nasional (mencontoh agenda Grebeg Suro Ponorogo yang rutin mengagendakan festival seni tari Reog antar universitas).
  • 5. Pengadaan agenda rutin belajar seni dan sastra gratis bersama relawan seniman Bojonegoro di alun-alun Bojonegoro setiap Minggu pagi. Misalnya belajar menggambar dan mewarna bersama, belajar menulis cerpen, mendongeng dan sebagainya. Hasil karya peserta kemudian dapat dipajang di mading alun-alun Bojonegoro, gedung-gedung pemerintahan, fasilitas umum (mading bank, mading terminal, mading pasar, mading rumah sakit dan lain-lain) agar hasil karya tersebut dapat dinikmati masyarakat luas. Selain itu dibuka juga pelatihan seni tari gratis setiap minggunya untuk kemudian hasil pelatihan tersebut dapat ditampilkan di acara-acara pemerintahan.
  • 5. Pelestarian permainan tradisional dengan pengadaan agenda sekolah alam yang dapat diadakan di lingkungan tempat tinggal dengan relawan yang berasal dari karang taruna setempat.
  • 6. Menjalin jaringan informasi antar daerah terkait agenda-agenda nasional dan internasional yang berhubungan dengan bidang seni dan sastra. Misalnya update mengenai lomba ataupun event seni dan sastra sehingga pemerintah Bojonegoro dengan segenap bentuk dukungannya dapat mengirim delegasi untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dengan demikian budaya seni dan sastra yang ada di Bojonegoro secara tidak langsung akan dapat dikenal secara lebih luas, tidak hanya dalam lingkup daerahnya saja.
Sekolah Alam di Dander (Doc. Shinta Ar)

Perkembangan zaman memang mesti disikapi secara positif, aktif dan saling bersinergi. Dalam upaya menduniakan budaya seni sastra yang ada di Bojonegoro, komunitas seni, sastra dan budaya Bojonegoro juga memerlukan peran dan dukungan penuh baik dari awak media (koran, majalah, radio dan TV lokal), masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak terkait. Misalnya dalam hal update informasi, memposting kegiatan di dunia maya dan membangun jejaring sosial secara lebih mudah melalui media internet, diperlukan peran serta komunitas Blogger Bojonegoro dan Relawan TIK Bojonegoro beserta Dinas Kominfo. Program kegiatan yang lebih ber-nas dari DKB bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro untuk kemudian dikembang wujudkan oleh komunitas seni dan sastra yang ada di Bojonegoro juga perlu di singkronkan. Dengan terciptanya kesadaran untuk peduli, tumbuh dan berkembang bersama, budaya seni dan sastra Bojonegoro akan lebih mudah diterima dan mendunia. Bojonegoro MATOH!!



4 komentar: