Rabu, 17 Desember 2014

TERENDAP


Sekedar bersandar setelah 7 tahun yang panjang. Langit meratap hingga jatuh sudah peluh sedunya, menancap diujung kepalaku. Kau bilang segala usai di masa lampau adalah suatu fatal yang enggan kau ulang pun tidak ingin kau buang hilang. 

"Menyesal, tidak. Dibuang sayang, iya." 
"Dia orang baik. Sedang kita hanya punya masa lalu."
"Setelah hari ini, tidak ada lagi pertemuan-pertemuan gila kan?"
"Menurutmu?"

Kau sibuk mengusap ujung mataku yang berbulir, bersuhu kontras dengan apa yang disebar gerimis. Diam yang panjang. Aku mengalih pandang, bermain pasir pantai yang mulai menggumpal, terendap, seperti rasaku yang mati kaku. Ingin yang tidak ingin. Sulit yang menyulitkan. Pisah yang lelah. Angan yang lengang. 

”Terimakasih untuk hari ini.”
”Untuk?”
”Untuk masih mau sekali lagi berbagi.”

Ujung batas yang riuh. Gulung gelombang nan pasir yang merapatkan genggamannya dijemari air hingga berbuih. Semua terekam, bersama gerimis yang terjun tipis-tipis. Dan kita pulang. Memulangkan rindu, menuntaskan ragu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar