Senin, 14 Mei 2012

Catatan dari sosok "JATI NURJAYANTI"


mozaik kehidupan yang terpecah

oleh Jati Nurjayanti Djajakarsa pada 12 Mei 2012 pukul 8:52 ·

Aku hanya berjalan dan terus berjalan dan ketika sampai dipersimpangan aku hanya berjalan tanpa pilihan. Yang aku tahu aku hanyalah berjalan, tapi aku tidak tau kemana aku akan pergi. Gelap! Hanya melihat gelap.Hitam.kosong. tak ada warna. Senyap! Hanya mendengar senyap. Sepi. Sendiri. Tak ada nada. Fatamorgana.
Tuhan aku lelah, sangat lelah,aku dituntut untuk menjadi dewasa,untuk menjadi bagian dari mereka, dan untuk menghadapi relief kehidupan ini sendiri tanpa keluarga tanpa dia dan tanpa masa laluku. Tuhan, mungkin Kau bosan karena aku terus mengeluh maafkan aku Tuhan. Tuhan,Kau pasti tahu inilah cita-cita yang telah aku susun dengan rapi, sangat rapi bahkan. Telah kususun jauh-jauh hari sebelum aku memikirkan tentang ujian nasional SMA bahkan sebelum ujian semester pertamaku di SMA.
Aku berbeda dengan mereka,dan mereka juga berbeda dengan mereka yang lain. Berbagai etnis,berkubu-kubu,terkotak-kotakkan. Jawa,sunda,batak,betawi,minang,kalimantan,padang,lampung,makasar dsb yang pasti memiliki kebiasaan yang sangat berbeda, pola pikir yang berbeda dan sangat sulit untuk disatukan. Aku mencoba menarik diri dari mereka, tapi rasa takutku bergejolak aku takut kesendirian, kemudian aku memasuki berbagai jenis kubu dari mereka tanpa mengotakkan diriku dalam sebuah kubu, aku membuat diriku merasa nyaman, aku tertawa, bercanda bersama mereka. Aku bahagia, saat aku sedih aku masih tetap tertawa bersama mereka.
Saat aku membutuhkannya tapi realitanya dia tak ada. Aku mengerti prioritasnya tapi aku tak bisa memahami prioritasnya. Ya, aku tahu aku egois.  Tuhan, pertemukan aku sebelum hatinya beku dan sebelum aku terus diperbudak oleh jarak.
Seandainya.. “enak kali ya kalau nanti kita kuliahnya bareng,sekosan bareng nanti shinta yang bagian masak,rekha ngerjain PR,jati yang belajar pas mau ujian dan wyka yang bangunin kita setiap pagi”.  Kurang lebih seperti itu di pojok kelas itu. Tapi itu sebuah masa lalu.
Aku,dia,mereka dan masa laluku terus berjalan dan akan terus berjalan di tempat yang berbeda,di jalan yang berbeda.
 Di atas matahari,di atas langit masih ada satu hal yang lebih cerah ‘HARAPAN’. Aku selalu berharap bahwa aku,dia,mereka pada suatu hari nanti. Tidak ada waktu yang berkhianat pada jarak dan jarak tidak lagi berkhianat terhadap waktu karena aku dan dia selalu bersama *ang,kemudian aku membungkus masa laluku dengan sangat indah menjadi sebuah persahabatan yang abadi *shintawykarekha, dan saat itu aku dan mereka telah beresonansi *AKA. Semuanya berwarna,mereka tidak hitam,masa laluku tidak putih dan dia tidak abu-abu. Mengukir sejarah,merangkai kepingan mozaik kehidupan yang terpecah. Bersama kalian.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar