Minggu, 15 Juni 2014

SURAT DARI SOLERAM



Bojonegoro, 15 Juni 2014


Dear papaku yang selalu baik hati,
Saat Shinta menulis surat ini, tentu saja papa sedang tidak disini, duduk disamping Shinta. Tapi Shinta tahu, di jam segini, papa pasti baru saja pulang kerja, langsung menuju meja makan dan sibuk makan sambil nonton TV kan ya? Dan ya.. papa juga pasti tahu kalau Shinta sedang mendapat shift siar malam hari ini. Seperti yang sama-sama kita tahu, baik papa maupun Shinta, memang lebih sering berjumpa dalam keadaan salah satunya "sedang tidur". Entah papa yang berangkat kerja terlalu pagi ketika Shinta sedang tidur, atau Shinta yang pulang malam dan mendapati papa sudah tidur. 

Kadang, sebagai seorang anak, Shinta merasa kehilangan banyak moment penting bersama papa. Sejak papa berpisah dengan mama dan Shinta berada dalam pengasuhan mama, rasanya memang ada yang kurang. Selalu ada yang kurang. Papa ingat tidak, Shinta kecilmu dulu itu suka sekali mendengar cerita "Kancil dan Pak Tani" ala papa setiap menjelang tidur. Shinta juga masih ingat kebiasaan potong kuku kita di minggu pagi, atau kesukaan Shinta pada kopi yang berawal dari tradisi join kopi kita.

Sepuluh tahun memang waktu yang cukup lama bagi Shinta untuk terbiasa jarang bertemu papa, dan kini saat Shinta memutuskan untuk tinggal serumah bersama papa (dan oh, bersama mama baru serta saudara baru pula tentunya.) rasanya memang cukup kurang nyaman, bagaimanapun Shinta berusaha mengatasinya. Ada bagian sekat yang perlu Shinta jaga, ada saat dimana Shinta tidak bisa bersikap terlalu manja pada papa, seperti dulu, seperti saat papa masih jadi papanya Shinta dan suami dari mamanya Shinta. Oh, bukan, bukan karena mama baru yang papa pilihkan untuk Shintamu ini jahat, tapi memang Shinta begitu mengantisipasi rasa cemburu dari mama pun saudara baru Shinta yang mungkin saja muncul ketika Shinta bersikap terlalu manja pada papa.

Papa, papaku yang memang akan selalu tetap jadi papaku,
Shintamu ini, mungkin memang juga harus bersiap untuk terbiasa jarang bertemu denganmu. Tidak hanya perkara pekerjaan yang menyibukkan, tapi juga karena Shinta yang harus melanjutkan hidup bersama pendamping Shinta kelak. Siapapun pendamping Shinta, semoga papa ridho ya pa? Seperti Shinta yang memang harus mengikhlaskan percerian papa dengan mama, atau ketika papa harus menikah lagi. Karena bagaimanapun pa, Shinta yakin papa selalu ingin Shinta mendapat yang terbaik, seperti Shinta yang selalu berharap apapun yang telah terjadi ini memang yang terbaik untuk papa dan semuanya. 

Shinta tidak menyalahkan siapapun, karena apapun yang terjadi memang tidak dapat merubah apapun, semuanya memang hanya bergeser. Kehidupan baru, moment yang hilang, dan ya.. perasaan serta kenangan yang akan terus selalu ada dalam ingat. Shintamu ini akan selalu jadi "solerammu", dan papa akan selalu jadi papaku yang terbaik yang Shinta ingat dan selalu ingat bahwa sepanjang hidup sampai detik ini, hanya memarahi Shinta sekali, yaitu saat Shinta kecilmu dulu susah sekali minum obat. Setelah itu, dalam ingatan Shinta, papa selalu atau bahkan memang terlalu banyak memberi perhatian. 

Shinta akan ingat, ingat bahwa dalam waktu yang singkat dikebersamaan kita kali ini, papa yang selalu mengantar obat dan air putih ketika Shinta sakit, papa yang suka sekali memijit punggung Shinta ketika kita sedang nonton TV bersama (seharusnya kan sebaliknya? oh, papa pasti lebih lelah dari Shinta), bahwa juga papa yang selalu mengajari Shinta untuk jadi sosok pemaaf. Memaafkan hidup yang kadang menempatkan kita ditempat-tempat dan situasi yang tidak kita ingini.

Jadi pa, walaupun papa mungkin tidak akan pernah tahu tentang surat ini, tapi semoga papa selalu tahu, bahwa Shinta sangat sayang papa sekalipun kita banyak melewatkan moment bersama. Shinta memang tidak punya banyak foto bersama papa seperti teman-teman Shinta yang lain. Oh, itu tidak masalah, karena yang terpenting Shinta masih punya terlalu banyak ruang rindu untuk papa. Selamat hari PAPA sedunia, pa. Do'a Shinta selalu untuk papa, semoga sehat dan senantiasa diberi kemudahan dalam hidup. Aamiin.

dari Soleram kecilmu yang mendewasa, 


Shinta D. Damayanti.


NB : Tulisan ini diikutsertakan dalam sayembara SURAT UNTUK BAPAK, persembahan penerbit Gagas Media dalam rangka peringatan Hari Ayah Sedunia 2014.
https://www.facebook.com/gagasmediafanpage/photos/a.10152080921883980.1073741825.51708988979/10152520700153980/?type=1&theater




Tidak ada komentar:

Posting Komentar