Kamis, 11 Juli 2013

LET'S SAY NO TO BULLYING !



Saya mengenalnya sebagai sosok atasan yang cukup sensassional. Sebut saja dia Mr.Unfriendyou (tentu saja bukan nama sebenarnya). Bagaimana saya harus bercerita jika mengingat sosoknya saja sudah membuat saya begitu bersemangat untuk menguak segala ke-naif-an-nya?.  Ah dosakah saya? Akankah saya akan “sama saja” dengan bully-er seperti dia?. Entahlah, tapi semoga saja tulisan ini bisa lebih mengacu pada sisi manfaat untuk “saling menghargai” daripada hal negatif yang berbau “membuka aib orang”.


Saya bukan tipe orang yang terlalu suka berdebat dengan orang yang “tidak saya suka”. Karena saya sangat menyadari akan hal dimana “kata-kata” (baik lisan maupun tulisan) akan lebih mudah melekat dan susah dilupakan jika sudah terlanjur menohok hati. Seperti pengalaman saya, bagaimana saya bisa membenci pun mulai menghindari orang-orang yang tidak saya suka, semuanya juga berawal hanya dari perihal “kata”. Begitulah,tapi memang ada hal-hal dimana orang akan benar-benar tidak bisa melupakan hal yang paling menyakitkan sekalipun telah berusaha untuk memaafkan. Ada dimana manusia tersakiti dan kemudian rujuk atau bahkan menghindar sama sekali. Bukan,bukan karena benci, melainkan mungkin bisa dibilang “lebih menjaga diri” agar tidak tersakiti lagi atau sebut saja “kapok”.

Ya, saya kapok. Saya tertekan,dan saya pernah merasainya. Ketika dimana suasana kantor lebih mirip seperti suasana sidang yang membuat saya banyak berpikir buruk pada orang-orangnya. Bagaimana tidak? Jika setiap kali saya sebagai junior melakukan kesalahan (semisal terlambat masuk kerja), maka kabar burung, sindiran dan kicauan dari tim bully-ers akan cepat melesat menembak hati dan melukainya. Tapi jika salah satu dari tim mereka yang melakukan kesalahan, maka tentu semua akan tampak wajar saja. Belum lagi sesi menghakimi dimana jika kita para junior, memiliki kepentingan diluar kepentingan kantor, maka tentu kita harus bersiap menelan pil pahit untuk dikatai “tidak profesional, egois dsb”. Namun jika sebaliknya, tentu sekali lagi semua akan tampak wajar saja. Begitulah, padahal ketika kita para junior mampu berprestasi, belum tentu (dan belum sekalipun) prestasi itu mendapat reward semisal “naik gaji”. =,=”

Saya kadang sedikit risih dengan status-status Mr. Unfriendyou (yang banyak mengepalai segala jenis tindak bully-ing) yang senantiasa terus menghakimi, memvonis dan terlalu bersikap “sok” bijak untuk menampakkan ke-perfect-annya. Apakah harus begitu? Misal saja ketika saya membuat status untuk ikut serta dalam kuis dengan tema #unfriendyou beberapa waktu lalu, maka koarnya langsung melekat dengan begitu sempurna melalui status (status saya edit seperlunya) “Kasihan mereka yang tidak sadar dengan jurus marketing hingga rela berlomba untuk banyak-banyak-an status, padahal hanya diiming-imingi hadiah yang tidak seberapa. Coba kalau disuruh belajar, pasti akan lain ceritanya.” Begitulah, kadang saya merasa Mr. Unfriendyou terlalu banyak menilai sesorang tanpa menyadari akan hak-hak asasi yang orang lain miliki dan sudah seharusnya dia hargai.

Tanpa kita sadari, virus bullying memang begitu mematikan. Mematikan rasa, perikemanusian, dan mata hati. Tanpa kita sadari jangkitan virus itu akan banyak menelan korban perasaan yang seharusnya tidak perlu jika kita sesama manusia bisa saling memaklumi satu sama lain.Akibatnya, hubungan silaturahmi yang mestinya baik-baik saja bisa begitu saja luntur hanya karena cucian kata yang begitu menyakitkan. Jadi mengapa harus membully dan sibuk dengan urusan orang lain yang tidak ada kaitannya dengan kita dan tidak merugikan kita maupun sesama?. Bukankah seharusnya kita saling dukung? Memberi motivasi dan semangat dan bukan saling menyalahkan-iri-dan sibuk mencari celah sesama? 

Novel sejenis UNFRIENDYOU, saya yakini sebagai novel-novel yang memiliki sisi nilai kemanusiaan, penghargaan terhadap HAM dan tentu pengakuan atas sesama hidup. Dimana jauh sebelumnya, novel lawas karya kakek Pram yang kutipannya berkoar tentang HAM juga menyebut : “Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput." (Bumi Manusia, h. 119)” ― Pramoedya Ananta Toer

Semoga setiap yang berjiwa mampu menggunakan jiwanya dengan baik. Semoga segala pemikiran senantiasa tertuju pada yang baik. Seperti apa yang tertuang dalam tulisan, terucap dalam kata dan tertindak dalam laku. Aamiin. LET'S SAY NO TO BULLYING !!!!!

NB : Note ini diikutsertakan dalam
Giveaway UNFRIEND YOU (DL: 20 Juli 2013)
link : https://www.facebook.com/notes/dyah-rinni/lets-say-no-to-bullying-and-get-a-novel-giveaway-unfriend-you-dl-20-juli-2013/10151452632196707

Tidak ada komentar:

Posting Komentar